WASHINGTON (Arrahmah.com) – Administrasi Obama menegaskan bantahannya dalam talk show politik CNN hari Minggu (7/2) mengenai tuduhan lemahnya Gedung Putih menghadapi dan menangani terorisme Islam, dengan mengatakan bahwa jaringan Islam semacam itu menimbulkan ancaman terbesar bagi keamanan nasional.
Meskipun salah satu dari penasehat keamanan nasional Gedung Putih mengkritik para pembuat undang-undang karena mempolitisasi ancaman keamanan nasional, termasuk serangan Hari Natal di Detroit, Menteri Luar Negeri Hillary Rodham Clinton mengatakan justru senjata nuklir yang dikembangkan Korea Utara atau Iran bukanlah ancaman besar bagi AS sebagaimana Al-Qaidah dan sekutu-sekutunya.
“Mimpi buruk terbesar yang kita miliki adalah bahwa salah satu anggota organisasi teroris ini akan merebut senjata pemusnah massal,” kata Clinton. “Jadi itu benar-benar prospek yang paling mengancam kita lihat.”
Direktur Intelijen Nasional AS, Dennis C. Blair, mengatakan kepada Kongres awal bulan ini bahwa dia “yakin” akan ada percobaan serangan teroris lainnya di Amerika Serikat dalam enam bulan mendatang.
Juga pada hari Minggu ini, Iran menantang sanksi internasional atas pengembangan nuklirnya, dengan menyatakan bahwa pada Selasa ini negaranya akan mulai memperkaya uranium enam kali lipat dari nuklir biasanya digunakan dalam pembangkit listrik tenaga nuklir sipil.
Meskipun Clinton mengakui bahwa “Tentu saja negara yang memiliki senjata nuklir seperti Korea Utara atau Iran menimbulkan ancaman yang nyata atau potensial,” namun ia tetap bersikukuh bahwa teror dan ancaman yang lebih besar dan serius adalah Islam, walaupun bukan ‘agama Islam’ itu sendiri.
“Tapi saya rasa bahwa sebagian besar dari kita percaya bahwa ancaman yang lebih besar adalah jaringan non-negara transnasional, terutama kaum ekstrimis, fundamentalis Islam yang terkait dengan Al Qaidah di Semenanjung Arab, di Pakistan dan Afghanistan, di Maghreb [wilayah Afrika Utara],” katanya.
Administrasi Obama telah menuai banyak kritik dari Partai Republik dan Konservatif karena menyepelekan ancaman teror seolah-olah ancaman itu baru akan ditangani ketika melanggar hukum atau menimbulkan bencana.
“Terus terang, saya lelah melihat para politisi menggunakan isu-isu keamanan nasional seperti terorisme sebagai sepak bola politik,” deputi penasehat keamanan nasional, John O. Brennan, mengatakan dalam “Meet the Press” NBC pada hari Minggu.
“Mereka ada di luar sana, mereka tidak sadar mengenai fakta-fakta dan mereka membuat tuduhan dan tuduhan tersebut tidak memiliki realitas,” lanjut Brennan. (althaf/wol/arrahmah.com)