ISTANBUL (Arrahmah.com) – Menteri-menteri pertahanan NATO dan non-mitra NATO berkumpul di Istanbul, Turki, pada hari Kamis (4/1), untuk membahas beberapa isu utama termasuk operasi yang dipimpin NATO di Afghanistan, keterlibatan NATO di Kosovo, serta transformasi pertahanan.
Pertemuan tertutup yang berlangsung selama dua hari itu dipimpin oleh Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen.
Pada hari Kamis, para menteri itu mengadakan jamuan makan malam untuk membahas upaya transformasi yang dibutuhkan untuk melengkapi misi NATO.
Mereka mendiskusikan bagaimana menekan anggaran pertahanan nasional dalam iklim ekonomi saat ini serta bagaimana meningkatkan kapasitas NATO untuk menghadang IED yang selama ini menyebabkan pasukannya selalu jadi korban di Afghanistan, menambah lapangan helikopter, dan meningkatkan perawatan medis bagi pasukan.
Pada hari ini (5/1), para menteri ini direncanakan untuk melakukan tukar pendapat mengenai operasi di Afghanistan yang dilakukan oleh Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) NATO.
Topik yang akan dibahas meliputi kebutuhan untuk memenuhi persyaratan pelatihan dan pendampingan untuk Pelatihan Misi NATO-Afghanistan (NTM-A).
Fokus lainnya adalah rencana pelaksanaan segala keputusan yang disepakati pada Konferensi Internasional Afganistan yang berlangsung di London pada 28 Januari lalu.
Menteri Dalam Negeri Afghanistan Mohammad Hanif Atmar dan Menteri Pertahanan Afghanistan Abdul Rahim Wardak akan ambil bagian dalam diskusi tersebut, bergabung dengan Perwakilan Tinggi Uni Eropa Catherine Ashton, dan Perwakilan Tinggi PBB Kai Eide.
Ketua Komite Militer NATO Laksamana Giampaolo Di Paola, panglima tertinggi NATO Admiral James Stavridis, dan Panglima ISAF Jenderal Stanley McChrystal juga akan berpartisipasi dalam rapat tersebut.
Terkait dengan Kosovo, para peserta pertemuan NATO itu akan merencanakan untuk melibatkan NATO dalam rangka mencapai kemajuan di salah satu wilayah itu.
KFOR, pasukan NATO di Kosovo, baru-baru ini merampingkan jumlah pasukan menjadi sekitar 10.000 personil dan telah mengganti strategi perangnya menjadi lebih fleksibel.
Saat menyampaikan pidato pada pertemuan “NATO untuk Perdamaian dan Keamanan” di Istanbul, Asisten Sekretaris Jenderal NATO Jean-Francois Bureau mengatakan bahwa ada kebutuhan untuk melakukan upaya bersama dan komprehensif untuk menyelesaikan masalah-masalah keamanan yang mempunyai dampak global.
“Terdapat beberapa masalah yang harus menjadi fokus utama termasuk terorisme, proliferasi senjata pemusnah massal, keamanan informasi, energi dan keamanan lingkungan, dan perubahan iklim,” kata Bureau. (althaf/xnh/arrahmah.com)