WASHINGTON (Arrahmah.com) – Amerika Serikat pada hari Jumat (22/1) mengumumkan rencana untuk mengintegrasikan kembali Taliban dalam politik mainstream (demokrasi) di Afghanistan, melalui proses yang direncanakan akan mencapai keberhasilan pada bulan Juli 2011.
“Strategi baru kami ini mengakui dimensi politik dari konflik dan hanya orang-orang Afghanistan yang dapat mengamankan negara mereka sendiri,” kata Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton.
“Sebuah elemen kunci dari strategi politik kami akan mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh tentara Afghanistan untuk mengintegrasikan kembali Taliban yang meninggalkan Al-Qaidah, berhenti dari jalur kekerasan, dan menerima sistem konstitusional (demokrasi -Red.),” kata Clinton.
Dalam perkembangan terkait, Presiden Afganistan Hamid Karzai mengumumkan paket insentif pada hari Jumat. Paket itu menawarkan sejumlah uang dan pekerjaan untuk mengiming-imingi para mujahidin Taliban agar mau meletakkan senjata mereka dan kembali ke kehidupan sipil.
Presiden Karzai juga akan menunjuk komite Dewan Keamanan Nasional Afghanistan untuk mengembangkan program reintegrasi pemerintah.
Pemimpin dan pejabat senior dari 60 negara diperkirakan akan membahas beberapa aspek dari rencana mengintegrasikan Taliban tersebut pada sebuah konferensi mengenai Afganistan yang akan diselenggarakan di London minggu depan.
Menteri Luar Negeri Inggris David Miliband, di Washington saat melakukan pertemuan singkat dengan anggota parlemen dan pejabat AS, juga menekankan perlunya untuk merangkul Taliban.
“Kami tidak meragukan Al-Qaidah dan Taliban,” katanya kepada sebuah panel Senat AS. “Kepimpinan Taliban tidak memiliki serupa dengan agenda jihad global Al-Qaidah.”
“Tujuan mereka hanyalah untuk memukul mundur pasukan asing dari Afghanistan dan membentuk kembali sebuah Emirat Islam didasarkan pada hukum Syari’ah.”
Bagi Inggris, kata Miliband, “definisi keberhasilan sudah sangat jelas, yakni bukan untuk membunuh atau menangkap setiap anggota Taliban. Keberadaan kami hanya sekedar untuk memastikan bahwa pemerintah Afghanistan mampu mengamankan wilayahnya melawan pemberontakan yang melemah, dan mempersempit ruang gerak Al-Qaidah.”
Media AS pada hari Jumat melaporkan bahwa jika strategi itu berjalan sesuai dengan rencana AS, maka diperkirakan akan banyak mujahidin Taliban yang akan melakukan reintegrasi pada Desember 2010.
Administrasi Obama berharap bahwa strategi baru ini akan ‘memulihkan perdamaian’ pada Juli 2011 bagi beberapa wilayah kunci yang saat ini ada di bawah kontrol Taliban, sesuai rencana AS untuk mengurangi kehadiran militer di Afghanistan.
Strategi ini akan memberikan jaminan kepada komandan Taliban bahwa mereka tidak akan ditangkap atau terbunuh ketika melakukan negosiasi dengan pemerintah Afghanistan, AS, dan Inggris.
Namun omong kosong ini berulang kali ditepis oleh kepemimpinan Taliban. Taliban telah tidak pernah sedikitpun melakukan perundingan damai di masa lalu, dan pada hari Jumat, jurubicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menegaskan bahwa mereka tidak akan pernah sama sekali mau untuk berunding dengan pemerintahan Karzai.
“Satu-satunya dan tujuan utama kami adalah menuntuk kebebasan dan kemerdekaan negara kami. Kami tidak bisa dibeli dengan uang dan kebaikan. Dan Taliban tidak akan pernah menggadaikan diri mereka hanya demi uang tunai,” kata Zahibullah Mujahid. (althaf/afp/arrahmah.com)