WASHINGTON (Arrahmah.com) – Jenderal David Petraeus yang mengomandoi agenda perang Amerika di wilayah Pakistan-Afghanistan, telah mengakui bahwa telah terjadi peningkatan serangan pesawat tanpa awak pada sasaran yang dicurigai militan sejak pembunuhan tujuh agen CIA akhir bulan lalu.
Secara terpisah, kepala militer AS ini pun mengatakan bahwa hubungan negaranya dengan Pakistan sedang kritis bagi Amerika Serikat dan itulah sebabnya ia mengaku telah berbuat begitu banyak untuk merawat hubungan ini.
“Kami tidak berbicara tentang sumber ledakan di Pakistan barat. Tapi jelas, banyak komentator mencatat tindakan kami dilakukan atas banyak tekanan, khususnya, oleh keberadaan Al Qaidah dan juga beberapa elemen ‘ekstremis’ penting lainnya di sana,” Jenderal David Petraeus mengatakan kepada CNN.
Tujuh karyawan CIA tewas dan enam lainnya luka-luka dalam ledakan Khost pada 30 Desember, saat seseorang diri yang disinyalir terkait dengan Al-Qaidah meledakkan sebuah bom di dalam pangkalan AS di Afghanistan.
Para pejabat AS mengidentifikasi pelaku bom sebagai Abu Khalil Mulal Humam al-Balawi, seorang warga Yordania yang terkait dengan Al-Qaidah dan Taliban.
Jenderal Petraeus juga diminta untuk mengomentari sebuah video yang menunjukkan agen ganda Yordania itu duduk di samping pemimpin Tehrik-e-Taliban, Hakimullah Mehsud.
“Ya, pertama-tama, Baitullah Mehsud dan organisasinya melakukan serangan yang sangat mengerikan di dalam Pakistan, dan itulah yang saya pikir harus menarik kekhawatiran Pakistan, seperti yang tentunya menjadi kekhawatiran kami,” kata Petraeus.
“Akan banyak nyawa orang yang tak bersalah yang hilang dalam perang, tapi kami memastikan bahwa kami meminimalkan itu dan kami mencoba untuk menghindarinya hampir dalam setiap aksi yang kami lakukan,” bualnya. (althaf/cnn/arrahmah.com)