BOGOR (Arrahmah.com) – Kendati dinilai sulit mencari tandingan atau pengganti sosok KH Abdurrahman “Gus Dur” Wahid, namun “Nahdliyyin” atau sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tetap berharap akan munculnya Gus Dur – Gus Dur yang baru.
Dalam perbincangan dengan ANTARA di Bogor, Sabtu, Pengasuh Pesantren Ibnu Aqil, Laladon, Ciomas, Bogor, KH Agus Salim Mawardi, mengatakan, sosok Gus Dur tidak tertandingi oleh siapapun di negeri ini.
“Bersama Bung Karno, Gus Dur merupakan putra terbaik yang pernah dimiliki bangsa ini. Keduanya merupakan tokoh besar yang lahir dan besar di zamannya. Karena itu sangat sulit mencari penggantinya,” tegas Agus Salim Mawardi yang juga wakil ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat.
Ia mengatakan, kendati sulit mencari pengganti Gus Dur, dirinya berharap dari rahim NU akan lahir banyak sosok baru yang akan melanjutkan cita-cita besar perjuangan Gus Dur dalam konteks hari ini dan ke depan.
“Saya kira akan banyak sosok baru yang melanjutkan perjuangan Gus Dur. Kapasitasnya mungkin tidak sebaik Gus Dur yang memiliki talenta, keunggulan dan kepedulian di banyak bidang. Namun dengan banyaknya sosok yang muncul, ruang-ruang yang ditinggalkannya akan terisi kader-kader baru,” katanya.
Ketua Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Institut Pertanian Bogor (IPB), Nailul Abrar, mengemukakan, semasa hidup Gus Dur telah membuka cakrawala pemikiran generasi muda NU. Gus Dur ibarat jendela yang membawa generasi muda NU pada pemikiran yang bersifat modern dan progresif.
“Kami mencintai dan mengagumi Gus Dur bukan karena faktor kultus individu, seperti yang kerap dituduhkan segelintir orang, namun lebih sebagai penghormatan terhadap jasa besarnya dalam melakukan reformasi di tubuh NU,” katanya.
Nailul menambahkan, Gus Dur mendidik generasi muda NU untuk berinteraksi dengan dunia modern dan masyarakat internasional bukan dengan melepaskan sandal bakiak atau sarung sebagai dimbol budaya NU maupun dengan meninggalkan tradisi-tradisi kultural NU, namun dengan cara berpikir lebih modern, humanis, bersikap toleran serta berwawasan terbuka.
Karena itu, Nailul mengaku, begitu mendengar Gus Dur wafat pada Rabu malam (30/12) lalu, dirinya merasa sangat kehilangan.
“Semoga dari rahim NU dan umat Islam pada umumnya akan lahir Gus Dur – Gus Dur baru, yang selalu mendedikasi seluruh energi serta kehidupannya bagi perjuangan keadilan, demokrasi dan kemanusiaan bagi semua,” katanya. (ant/arrahmah.com)