Pemilik atau perusahaan pengguna printer laser tampaknya harus berhati-hati terhadap bahaya yang ditimbulkan mesin pencetak tersebut. Sebuah penelitian yang dirilis Rabu (01/08/2007) lalu, menemukan banyak printer laser yang digunakan di rumah atau kantor, menghasilkan partikel toner yang berbahaya dan dapat mencemari udara.
Penelitian yang rencananya akan dipublikasikan dalam jurnal Environmental Science & Technology (ES&T) milik American Chemical Society, mencatat 17 dari 62 printer yang diuji sebagai ‘penghasil partikel tertinggi’ karena mereka banyak mengeluarkan serbuk toner ke udara. Bahkan satu dari printer-printer tersebut mengeluarkan partikel toner yang setara dengan asarp rokok.
Sayangnya, tidak semua printer menyertakan label peringatan. Tiga puluh tujuh dari 62 printer yang diuji sama sekali tidak mengeluarkan partikel yang mengurangi kualitas udara. Sedangkan enam dari mereka mengeluarkan partikel pada tingkat yang rendah dan dua lainnya pada tingkat menengah.
Printer yang diujicoba meliputi printer Canon, Hewlett-Packard, Ricoh dan Toshiba yang dijual di Australia dan Amerika Serikat.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Lidia Morawska, profesor dari Queensland University of Technology di Brisbane, Australia dan rekannya dengan mendapatkan kucuran dana dari Queensland Department of Public Works and The Cooperative Research Centre for Construction Innovation.
Termasuk ke dalam daftar printer penghasil partikel tertinggi adalah satu model printer Toshiba dan sisanya yang diproduksi oleh HP. Penelitian tersebut mencatat bahwa emisi printer yang dihasilkan dari printer sangat beragam. Misalnya, pada HP LaserJet 5 yang tidak melepaskan partikel berbahaya.
“Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya emisi dari printer, seperti model printer, umur printer, model cartridge, dan umur cartridge mungkin mempengaruhi proses emisi dan semua faktor yang memerlukan penelitian lebih lanjut,” papar Morawska kepada American Chemical Society.
Morawska, seperti dikutip dari informationweek, Kamis (2/8), mengungkapkan bahwa penemuan mengenai polusi yang dihasilkan printer ini hanya kebetulan. “Awalnya kami mempelajari efisiensi sistem ventilasi untuk melindungi office settings dari polusi yang berasal dari luar,” jelasnya.
Morawska dan rekannya menemukan tingkat partikel dalam ruangan meningkat lima kali lebih besar saat jam kerja ketika printer digunakan. Cartridges toner baru dan pencetak grafis intensif menambah jumlah partikel toner yang dilepaskan ke udara.
“Partikel kecil yang berdiameter kurang dari 10 mikrometer menjadi masalah yang utama, karena partikel tersebut masuk ke dalam paru-paru anda, dan beberapa di antaranya bahkan bisa masuk ke dalam aliran darah anda,” kata Environmental Protection Agency.
Sementara ukuran partikel toner yang diteliti dalam penelitian tersebut berkisar antara 15 hingga 710 nanometers, atau setara dengan 0.015 to 0.71 micrometers.
Namun laporan Material Safety Data Sheet HP untuk Color LaserJet 8500 Series menunjukkan resiko dari toner terhadap pernafasan tidak signifikan.
“Iritasi saluran pernafasan dapat terjadi jika jumlah debu toner dalam jumlah besar,” tulis dokumen itu.
Sumber: Indocommit