ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Tentara Pakistan menolak tekanan AS untuk membuka front baru melawan mujahidin Afghanistan yang beroperasi di wilayahnya, suatu langkah yang telah menambah ketegangan antara kedua negara.
Dalam sebuah wawancara pada Kamis (17/12) di Rawalpindi, jurubicara militer Brigjen. Azmat Syed Ali membantah tuduhan bahwa negaranya melindungi kelompok Haqqani yang begitu membuat cemas Amerika Serikat.
Pakistan mengatakan sekitar 30.000 tentaranya telah bertempur melawan mujahidin di kubu pertahanan mereka di Waziristan Selatan sejak Oktober.
Amerika dan sekutu-sekutu NATO-nya mengatakan Pakistan enggan untuk menindak Taliban Afghanistan, yang disinyalir dikepalai oleh mantan sekutu AS Jalaluddin Haqqani.
Sementara itu, juru bicara militer Pakistan menekankan ada sekitar 2.000 tentara Pakistan yang tewas dalam pertempuran melawan mujahidin sejak tahun 2001.
“Kami sudah lelah pada ketidakpercayaan dan pertanyaan mengenai komitmen dan ketulusan kami,” kata Ali.
Juru bicara militer juga menuduh Amerika Serikat dan pasukan NATO tidak berbuat cukup banyak untuk menghentikan migrasi ‘militan’ dan persenjataannya menyebrang dari perbatasan Afghanistan ke Pakistan
Pejabat sipil dan militer di Islamabad mengatakan mereka telah mati-matian terlibat perang berdarah melawan mujahidin yang berbasis di Pakistan dan tidak akan memperluas operasi melawan Taliban di Afghanistan.
Selain itu, Amerika Serikat mengatakan Pakistan adalah menunda ratusan visa untuk para pejabat dan para kontraktor Amerika, suatu langkah yang telah menambah ketegangan antara kedua negara.
Perbedaan pendapat ini merupakan tanda-tanda awal masalah baru di Pakistan yang akan diperkirakan akan membuat Obama, yang baru-baru ini telah mengirimkan 33.000 tentara tambahan ke Afghanistan, kembali mengerutkan keningnya. (althaf/prtv/arrahmah.com)