ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Salah satu kunci strategi Presiden Obama untuk Afghanistan dan Pakistan saat ini sedang ada dalam bahaya setelah munculnya penolakan Pakistan untuk menindak komandan Taliban yang dianggap sebagai salah satu ancaman paling berat untuk pasukan salibis Barat di Afghanistan.
Pakistan telah berulang kali mengabaikan tuntutan AS untuk memperluas operasi militer ke wilayah yang disinyalir menjadi benteng persembunyian kelompok Sirajuddin Haqqani, putra seorang komandan Mujahidin legendaris tahun 1980-an. Sikap Pakistan ini sendiri menjadi dalih para pejabat AS untuk mengancam akan memperluas serangan pesawat tanpa awaknya ke Waziristan Utara.
Seorang pejabat senior keamanan Pakistan mengatakan bahwa setiap konfrontasi dengan Haqqani dapat menciptakan lebih banyak masalah bagi tentara Pakistan, terlibat dalam bentrokan dengan ‘militan’ di wilayah Waziristan Utara dan daerah-daerah lainnya.
“Kami tidak bisa bertempur di banyak medan,” kata pejabat, sembari menambahkan bahwa setiap eskalasi yang dilakukan oleh AS akan selalu menjadi bencana.
“Kami telah mendapatkan garis merah dan tidak akan mau menerima serangan lintas perbatasan pasukan Amerika,” lanjutnya.
Tekanan AS ini muncul sejak Obama mengumumkan pengiriman pasukan tambahannya ke Afghanistan dan kemitraan strategis baru dengan Pakistan. Kemitraan tersebut terdiri dari pemberian bantuan militer dan bantuan sipil untuk ke Pakistan sebagai imbalan jika Pakistan bekerja sama penuh dengan AS dalam rangka mengusir Taliban dan al-Qaidah dari tempat persembunyian mereka di sepanjang perbatasan Afghanistan-Pakistan.
Wacana ini pertama kali diuraikan bulan lalu dalam sebuah surat dari Obama untu Zardari, melalui Jenderal Jim Jones, penasihat keamanan nasional AS. Jenderal David Petraeus, senior perwira militer AS di Afghanistan dan Pakistan, menegaskan kembali pentingnya penargetan Haqqani tersebut dalam pertemuannya pekan ini dengan Jenderal Ashfaq Kayani, kepala militer Pakistan. Namun Washington tidak puas dengan hasilnya.
“Apakah mereka sudah merasa cukup berbuat banyak dalam hal ini (pemberantasan mujahidin)? Belum. Itu semua belum cukup,” kata wakil presiden AS, Joe Bidden
“Tapi sungguh menakjubkan, betapa banyak realitas memiliki masing-masing cara untuk memperburuk rencana yang sebelumnya telah disepakati,” singgung Biden pada Pakistan.
AS yakin sebagian besar kepemimpinan Taliban, termasuk Mullah Omar, berbasis di Quetta, ibukota provinsi Baluchistan. Namun klaim itu segera ditolak Pakistan, yang mengatakan bahwa Amerika Serikat telah mengancam serangan lintas-perbatasan jika pihaknya tidak bertindak sesuai dengan permintaan AS.
Intelijen AS pun kemudian menuduh agen intelejen resmi Pakistan, Inter-Services Intelligence (ISI) telah memelihara hubungan dengan Haqqani karena kemampuannya untuk mempengaruhi Pakistan di Afghanistan. (althaf/tms/arrahmah.com)