MULTAN (Arrahmah.com) – Sekelompok mujahidin meluncurkan senjata, roket dan serangan istisyhad di kantor pusat intelijen Pakistan pada hari Selasa (8/12), menewaskan 12 orang.
Serangan Multan ini memperlihatkan bahwa mujahidin tidak pernah kenal lelah, meskipun ditekan oleh serangan ofensif militer besar-besaran di salah satu wilayah perbatasan dengan Afghanistan, yang disinyalir sebagai tempat persembunyian mereka.
Serangan terjadi sehari setelah pemboman serupa di sebuah pasar di bagian timur kota Lahore yang menewaskan 49.
Pada saat yang sama di ibukota, jaksa mengajukan daftar kasus dugaan korupsi yang melibatkan Presiden Asif Ali Zardari dan ribuan pejabat lainnya pada Mahkamah Agung yang dapat kembali dibuka jika hakim menyatakan bahwa amnesti ilegal yang melindungi mereka sudah tidak lagi berlaku.
Sidang yang sedang berlangsung itu dapat menjadi tantangan hukum terhadap kekuasaan pemimpin didukung oleh AS dan mengancam stabilitas politik saat Amerika Serikat mendesak negara itu memusatkan perhatian dalam memerangi mujahidin di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan.
Ledakan Selasa itu menyebabkan kerusakan di bagian depan beberapa bangunan di bagian kota yang sebagian besar disediakan untuk pemerintah dan badan keamanan. Selain itu, kerusakan pun menimpa sebuah kantor badan intelejen Pakistan, Inter-Services Intelligence.
Pejabat kepolisian Agha Yusuf mengatakan sedikitnya ada tiga orang bersenjata di sebuah mobil yang melakukan serangan. Salah satu dari mereka pertama menembakkan roket dan senjata otomatis pada sebuah pos pemeriksaan polisi. Kemudian orang-orang itu mengarahkan mobilnya pada bangunan ISI dan meledaklah.
Menurut Yusuf, anggota pasukan keamanan yang tewas berjumlah 12 orang.
Azam Tariq, juru bicara Taliban, mengaku bertanggungjawab atas serangan itu melalui percakapan dengan wartawan Associated Press di daerah Waziristan.
Serangan datang bersamaan dengan kunjungan menteri pertahanan Amerika Serikat, Robert Gates, ke Afghanistan, dan mengatakan bahwa Washington siap untuk menguatkan kerja samanya dengan Pakistan untuk memerangi ‘militan’.
Amerika Serikat pun telah melancarkan aksi penyerangan misil terhadap target mujahidin di daerah perbatasan. Serangan udara AS terbaru yang menghantam sebuah mobil dan menyebabkan tiga orang tewas terjadi di sebuah desa di dekat Mir Ali, kota utama di Waziristan Utara pada Selasa.
Terdapat enam kasus korupsi yang menjerat Zardari, juga melibatkan 248 pejabat lainnya, yang diajukan ke Mahkamah Agung. Salah satu kasusnya adalah melarikan uang sebanyak $1,5 miliar.
Namun tuduhan tersebut segera ditolak oleh kantor kepresidenan yang menyatakan bahwa tuduhan itu tidak lain adalah tuduhan tanpa bukti yang bermotif politis. Sebelumnya Zardari mengatakan pihaknya siap untuk melawan tantangan hukum yang dihasilkan dari berakhirnya amnesti. (althaf/ap/ansr/arrahmah.com)