Sabtu, 5 Desember 2009. Di Masjid Al Munawwarah digelar Tabligh Akbar bertema : Zikir, Jiihad Vs Terorisme. Dalam acara yang dibanjiri kaum Muslimin dari berbagai tempat ini hadir Ustadz Abu M. Jibriel Abdul Rahman dan Ustadz Muhammad Arifin Ilham. Bangsa ini berhutang banyak dengan kata jihad dan pekikan Allahu Akbar, begitu ungkap Ustadz Arifin Ilham dalam inti ceramahnya. Sementara itu Ustadz Abu Jibriel dalam paparannya menjelaskan bahwa teror dan terorisme versi hukum internasional (PBB yang mewakili kepentingan Amerika dan negara-negara adidaya lainnya) adalah perang terhadap Islam, dan umat Islam!
Hubungan Zikir Dengan Jihad
Adakah kaitan antara zikir dan jihad ? Ustadz Abu M Jibriel yang berkesempatan tampil pertama dalam acara Tabligh Akbar yang diselenggarakan oleh Majelis Ilmu Ar Royyyan menjelaskan bahwa zikir yang tidak membuahkan jihad akan hampa dan kosong. Sedangkan jihad yang tidak disertai dengan zikir maka akan jauh dari kemenangan dan kejayaan. Beliau mengutip firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. Al Anfal : 45)
Jihad fie sabilillah merupakan puncak amal Islam yang paling tinggi. Tetapi ketinggian ini tidak pernah bisa dipisahkan dengan dzikrullah, karena dzikrullah menjadi inti dan ruhul ‘amali Islam termasuk jihad fie sabilillah.
Ustadz M Jibriel dalam kesempatan tersebut juga menjelaskan bahwa ketinggian derajat suatu amal terkait dengan jenis amal itu sendiri, dan nilai lebih akan diraih padanya terkait juga dimanakah tempat melakukan amal tersebut. Sebagaimana telah dijelaskan dalam hadits-hadits, bahwa shalat di masjidil Haram lebih tinggi derajatnya 100 ribu kali di tempat yang lain dan jika shalat dilaksanakan di medan jihad, maka akan mencapai 2 juta shalat dibandingkan di tempat lain. Demikian pula amalah dzikrullah, jika seorang mujahid berzikir di medan jihad, pahalanya digandakan menjadi 70 ribu kali.
Rasulullah SAW bersabda :
“Berbahagialah bagi orang yang banyak menyebut (nama) Allah dalam jihad, karena sesungguhnya ia memperoleh dengan satu kata (yang ia ucapkan) tujuh puluh ribu hasanan, dan setiap satu hasanan dari padanya ia mendapat sepuluh kali lipat yang semisal dari sisi Allah sebagai tambahan.” (HR. Thabrani dan Hamim)
Ustadz Abu M Jibriel juga menceritakan sebuah kisah yang menarik dari hadits Rasulullah SAW perihal keutamaan berjihad. Abu Hurairah r.a. berkata :
“Ada seorang sahabat Rasulullah SAW., melewati bukit yang disana terdapat mata air yang segar, maka itu menarik perhatiannya dan membuatnya takjub, lantas ia berkata : ‘Andaikan aku mengasingkan diri dari manusia dan menetap disini, akan tetapi tidak akan aku lakukan sampai aku meminta izin kepada Rasulullah SAW.”
Lalu ia pergi menghadap Rasulullah, dan menceritakan hal itu. Kemudian Beliau bersabda :
“Jangan engkau lakukan, karena sesungguhnya keberadaan seseorang di antara kalian dalam jihad fie sabilillah adalah lebih utama daripada sholatnya di rumahnya selama 70 tahun. Tidakkah kalian suka, Allah mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga ? berperanglah kalian jalan Allah! Barangsiapa yang berperang di jalan Allah sekedar waktu orang memerah susu onta, maka wajib baginya masuk surga.” (HR. At Tirmidzi 1584, dan Al Hamim, hadits Hasan Shahih)
Ustad Abu Jibriel juga mengutip hadits lainnya, yakni :
“Tiada seorang yang masuk surga ingin kembali lagi ke dunia, meski ia memiliki seluruh kekayaan yang ada di muka bumi, kecuali orang yang mati syahid, ia berangan-angan bisa kembali ke dunia kemudian terbunuh dalam jihad hingga sepuluh kali, lantaran apa yang dilihatnya dari kemuliaan yang diberikan padanya.” Dalam riwayat lain dikatakan:lantaran apa yang dilihatnya dari keutamaan syahadah (mati syahid).” (HR. Bukhari 2606, Muslim 3489, At Tirmidzi 1585, Ahmad 12309, 13417)
Akhirnya, Ustadz Abu Jibriel menyimpulkan bahwa kaitan antara jihad dan zikir sangatlah erat bagaikan ruh dan jasad. Dengan demikian, memisahkan salah satunya berarti menghilangkan kesempurnaan peranannya.
Sementara itu, Ustadz Arifin Ilham yang tampil kedua, mengawali ceramahnya dengan lantunan zikir yang biasa Beliau lakukan. Menurut Beliau, zikir dan jihad adalah inti sari bahkan puncak tertinggi ajaran Dienul Islam. Musuh-musuh Islam dengan sengaja membuat provokasi menampilkan ajaran jihad sebagai simbol ajaran kekerasan dan menjadikannya sebagai isu terorisme agar kaum Muslimin menjauhi dan membencinya.
Jihad dan zikir adalah dua hal yang dapat dibedakan tapi tak dapat dipisahkan, begitu lanjutnya. Tentu ketika Mujahidin berzikir dengan lafadz “Allahu Akbar” merontokkan mental musuh dan membuat ketakutan yang luar biasa pada hati musuh-musuh Allah. Beliau mengutip firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. Al Anfal : 45)
Ustadz Arifin Ilham juga menegaskan bahwa bangsa ini berhutang banyak dengan kata jihad dan pekikan Allahu Akbar, Surabaya berubah menjadi lautan api dengan pekikan takbir Allahu Akbar-nya Bung Tomo yang histeris yang membakar semangat pengorbanan jihad di jalan Allah, para pejuang kemerdekaan bangsa ini juga memiliki simbol ‘Hidup Mulia atau Mati Syahid’ karena memang mereka sebelumnya adalah para santri, sebut saja Jenderal Soedirman yang terkenal itu.
Siapa Teroris Sebenarnya ?
Dalam lanjutan ceramahnya, Ustadz Abu Jibriel menegaskan bahwa istilah atau kata terorisme telah dipergunakan oleh Amerika sebagai instrumen kebijakan standar untuk memukul atau menindas lawan-lawannya dari kalangan Islam. Perang melawan terorisme telah menjadi teror baru bagi masyarakat, khususnya kaum Muslimin yang berdakwah dan bercita-cita menegakkan dan menjalankan syariat secara kaafah.
Adapun Ustadz Arifin Ilham menegaskan tidak ada kaitannya kata jihad dengan terorisme. Menurut Beliau, perlu direnungkan bersama bahwa pidana terorisme bisa saja dilakukan institusi resmi atau negara atau yang dikenal dengan istilah terorisme negara (state terorism).
Ungkapan di atas diperkuat oleh paparan dari Ustadz Abu Jibriel bahwa teror oleh negara selama ini telah dilakukan oleh Amerika. Menurut Ustadz Abu Jibriel terlalu banyak dan panjang catatan peristiwa sejarah Amerika yang dapat membuktikan bahwa Amerika adalah teroris sejati (The Real Terrorist). Amerika dengan dukungan sekutunya NATO, berhasil menekan PBB untuk mengembargo Irak, pasca Perang Teluk Kedua (1991). Kaum Muslimin menjadi korban, tidak kurang 1,5 juta orang meninggal. Belum lagi mereka yang cacat dibombardir tentara multinasional dalam Perang Teluk Kedua ini.
Contoh serupa terjadi di negeri-negeri kaum Muslimin lainnya, seperti Afghanistan, dan Pakistan. Bahkan contoh kasus negeri Muslim Palestina yang dijajah sejak tahun 1948 oleh Israel atas restu Amerika dan sekutunya, lebih menunjukkan lagi bahwa Amerika benar-benar teroris sejati. Serangkaian teror yang dilakukan agresor Israel atas kaum Muslimin Palestina tidak pernah mendapatkan sanksi. Tentu saja karena Israel dibesarkan dan dibela oleh Amerika. Setiap tahun, Amerika memberikan bantuan ekonomi kepada Israel tak kurang dari $ 3 Miliar dolar USA. Ini belum terhitung bantuan militer yang dipergunakan untuk melakukan politik terornya kepada bangsa Muslim Palestina yang tak bersenjata.
Akhirnya, dalam penutup ceramahnya, Ustadz Abu Jibriel menyimpulkan bahwa teror dan terorisme versi hukum internasional (PBB yang mewakili kepentingan Amerika dan negara-negara adidaya lainnya) adalah perang terhadap Islam dan umat Islam, terutama umat Islam yang ingin hidup di dunia ini dengan merdeka penuh, bertauhid, dan membela orang bertauhid, serta ingin menjalankan Islam secara kaafah.
Ustad Arifin Ilham dalam penutupnya juga menegaskan bahwa musuh-musuh Islam memang sengaja memprovokasi menampilkan jihad dengan terorisme agar kaum Muslimin menjauhi dan membencinya. Beliau berpesan, jangan pernah takut dicela, dicacimaki hanya gara-gara menegakkan Islam, menampilkan kebenaran yakinlah akan janji Allah dalam firman-Nya :
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Maidah : 54)
Wallahu’alam bis Showab!