Dunia media baru-baru ini dikejutkan dengan pernyataan bekas tahanan Taliban, sebagaimana dikutip BBC. Tahanan itu mengklaim pernah bertemu Syekh Usamah bin Ladin beberapa kali sebelum peristiwa WTC, 9 September 2001. Tidak hanya itu, tahanan ini pun mengatakan baru saja melakukan pertemuan dengan Syekh Usamah sekitar bulan Januari atau Februari tahun 2009, dan dia dapat mengatur jadwal pertemuan dengannya.
Peryataan ini tentu membuat seluruh komunitas intelijen Barat, CIA dan M16 terheran-heran dan kecewa. Maklum, lebih dari 7 tahun terakhir ini mereka lelah mencari informasi untuk mengetahui keberadaan Syekh Usamah bin Ladin dan belum pernah mendapatkan informasi seperti ini. Lalu, di manakah Syekh Usamah berada ?
‘Mukjizat’ di Tora Bora
Masih hidupkah Syekh Usamah bin Ladin ? Di manakah dia berada ? jawaban atas dua pertanyaan tersebut ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh orang, terutama mereka yang menyangsikan keberadaan beliau. Kisah pengepungan beliau di pegunungan Tora Bora pada tahun 2001 pasca serangan WTC juga belum banyak diketahui, meskipun akhirnya Syekh Usamah sendiri yang mengeluarkan peryataan bagaimana dia dan para sahabatnya berhasil lolos dalam serangan mematikan Amerika dan sekutu-sekutunya tersebut.
Pegunungan Tora Bora, Afghanistan, 20 Rojab 1422 H bertepatan dengan tanggal 7 Oktober 2001 M. Lusinan pesawat tempur Amerika meraung-raung dan memuntahkan timah panas ke parit-parit di sekitar pegunungan Tora Bora. Tidak hanya itu saja, pesawat jenis B 52 dan C 130 itu pun menghujani pegunungan yang wilayahnya tidak lebih dari satu mil persegi tersebut dengan smart bom (bom cerdas), bom-bom cluster dan juga bom-bom pembakar gua. Mereka ingin membumi hanguskan tempat yang kecil ini dan memusnahkannya dari muka bumi. Para pemimpin Amerika yakin akan keberadaan Syekh Usamah bin Ladin di tempat tersebut. Siang dan malam tidak berlalu kecuali ada pesawat tempur yang melintas dengan bombardir dahsyat setiap menitnya. Hal ini terus berlangsung hingga pertengahan Ramadhan.
Sementara itu, Syekh Usamah bin Ladin, bersama sahabat setianya Syekh Ayman Az-Zawahiri, dan sekitar 300-an mujahid terus bertahan dengan hanya berharap ridho dan pertolongan Allah swt dari serangan dan bombardir Amerika yang tiada habisnya. Dengan suhu 10 derajad di bawah nol mereka menggali khondaq (parit) sebanyak seratus buah, dengan rata-rata satu khondaq untuk berlindung 3 mujahid di area yang tidak lebih dari satu mil persegi. Mereka melakukan hal itu untuk menghindari lebih banyak korban yang jatuh akibat bombardir pasukan Amerika. Satu pesawat bisa melintas lebih dari 2 jam, dan satu kali tembakan berisi 20 sampai 30 bom.
Namun, Alhamdulillah. Meski bombardir yang begitu dahsyat dan propaganda pers yang menakutkan, yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap sebuah tempat yang kecil lagi terkepung dari berbagai penjuru ini ditambah lagi dengan tentara munafiqin yang dibayar untuk berperang selama setengah bulan terus-menerus oleh Amerika, teryata dapat dikalahkan oleh pasukan Syekh Usamah bin Ladin. Subhanallah.
Bahkan, atas karunia Allah, Syekh Usamah bin Ladin dan mujahidin di sana tetap mampu bertahan dan balas menyerang, sehingga mampu memulangkan pasukan Amerika dengan kekalahan sekaligus mereka membawa mayat-mayat dan orang-orang yang terluka dari pasukannya. Hal ini membuat pasukan Amerika tidak berani lagi memasuki tempat Syekh Usamah, pegunungan Tora Bora.
Sejarah mencatat berakhirnya pertempuran terdahsyat abad ini antara persekutuan jahat dunia dengan segala kekuatannya melawan sekelompok kecil mujahidin yang berdiri di atas kebenaran, yakni melawan hanya 300 mujahid yang berada dalam khondaq mereka . Hasil pertempuran itu telak dimenangkan oleh Ahlul Iman, Syekh Usamah bin Ladin dengan pasukannya, dimana korban personal kira-kira enam persen dari mujahidin, dan kerugian pada khondaq hanya dua persen, Alhamdulillah.
Syekh Usamah bin Ladin, Masih Hidup ?
Kisah heroik di pegunungan Tora Bora bukanlah akhir dari sebuah perjuangan. Bahkan itu menjadi titik balik perjuangan panjang Syekh Usamah bin Ladin dengan Al-Qa’edanya yang sebelumnya telah disangka ‘tamat’ oleh AS dan sekutunya. Peristiwa Tora Bora adalah fakta dan bukti kongkrit bahwa Syekh Usamah bin Ladin masih hidup, hingga saat ini.
Namun, dimanakah beliau berada ? Memang, sangat sulit untuk memastikan keberadaan beliau yang kepalanya dihargai US $ 50 juta oleh pemerintah Amerika. Mantan tahanan Taliban yang diwawancarai BBC tersebut mengatakan bahwa informannya yang berasal dari suku Mehsud bertanggung jawab mengatur operasi Al Qaeda. “Sang Syekh tidak tinggal di satu tempat. Orang itu berasal dari Ghazni, jadi saya kira disanalah syekh berada,” jelasnya.
Propinsi Ghazni berada di timur Afghanistan, yang merupakan basis terkuat Taliban. Sebagian besar wilayah itu terjaga dari serangan pasukan koalisi asing maupun pasukan murtad Afghanistan. Dari sanalah Syekh Usamah bin Ladin membangun kembali kekuatan Al Qaeda yang sempat porak poranda dibombardir di Pegunungan Tora Bora.
Dinas intelijen AS dan para analis menilai Al-Qa’eda pimpinan Usamah bin Ladin telah menggalang kekuatan dan semakin kuat. Bahkan dalam sebuah rekaman terbaru, Usamah memberikan pesan berisi seruan untuk melancarkan serangan baru. PJ Crowley, analis keamanan dari Pusat Kemajuan Amerika berpendapat bahwa Irak merupakan berkah bagi Al-Qa’eda karena AS menangkap umpan mereka.
Hal ini senada dengan apa yang diutarakan oleh Mike German, mantan agen antiterorisme FBI. Dia mengungkapkan, perang Irak memberi kemudahan bagi Al-Qa’eda untuk membunuh warga AS melalui afiliasinya di Irak. Sementara itu Thomas Kean dan Lee Hamilton dari Washington Post berpendapat : “Tidak ada konflik yang butuh paling banyak waktu, perhatian, korban jiwa, dana, dan dukungan selain perang di Irak. Ini menjadi alat rekrutmen dan pelatihan yang kuat bagi Al Qa’eda,”.
Menurut penilaian analis dan beberapa sumber, jaringan Al-Qa’eda yang dipimpin Usamah dalam tujuh tahun sejak serangan 11 September telah membangun markas besar baru di wilayah terpencil di Pakistan. Kawasan pegunungan yang dihuni oleh kelompok suku Pashtun merupakan tujuan pertama ketika pejuang Al-Qa’eda menyelamatkan diri dari serbuan AS yang menggulingkan Taliban di Afghanistan pada 2001 lalu.
Rohan Gunaratna, penulis Inside Al-Qa’eda dan pakar terorisme menyatakan bahwa : “Wilayah suku sudah menjadi markas global pergerakan Al-Qa’eda. Di sana menjadi tempat latihan, perencanaan, dan persiapan serangan terhadap sasaran yang berbau Barat,”. Beberapa sumber mengatakan, meskipun keberadaan Usamah hingga sekarang belum diketahui, mereka menyaksikan anak dan calon penerus Usamah, Hamza, baru-baru ini datang ke wilayah suku Pashtun tersebut.
“Tidak ada seorang pun yang tahu dimana Usamah bin Ladin. Dua setengah tahun lalu, dia berada di Provinsi Kunar, Afghanistan. Namun sekarang kami tidak tahu di mana dia,” kata seorang milisi. Menangkap Usamah merupakan prioritas AS, bahkan mereka menghargai kepala Usamah sebesar US $ 50 juta.
Sementara itu, Pakistan tegas membantah Usamah berada di wilayahnya. Perdana Menteri Pakistan, Yusuf Raza Gilana, Kamis (3/12), menyatakan, pemerintahannya menindak keras segala pemberontakan Al Qaeda. “Saya meragukan informasi bahwa Usamah bersembunyi di Pakistan,” kata Gilani dalam jumpa pers bersama PM Inggris, Gordon Brown, di London.
Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mehmood Qureshi, mengamini peryataan tersebut, dan mengaku tidak mengetahui di mana Usamah berada, dan apakah masih hidup. “Tak seorangpun mengetahui keberadaannya. Jika Anda mempunyai informasi, kami akan menyukainya, ” lanjutnya kepada radio BBC.
Sementara itu, Bruce Riedel, mantan analis Badan Intelijen AS (CIA) menilai dan berpendapat bahwa Syekh Usamah masih hidup. “Kami tahu Usamah masih hidup. Kami tahu dia bersembunyi di suatu tempat yang sulit dijangkau di perbatasan Pakistan dan Afghanistan.”
Syekh Usamah : Perjuangan Hingga Akhir
Sebagaimana dikutip dari buku “In The Heart of Al Qaeda” (Ar Rahmah Media, 2008) Syekh Usamah Bin Ladin selalu mengulang pernyataan bahwa beliau tidak ingin tertangkap hidup. Amerika telah mengeluarkan miliaran dollar dan kehilangan ribuan tentara untuk menangkap Syekh Usamah Bin Ladin dengan menghancurkan Al Qaeda. Tapi dari hari ke hari Syekh Usamah Bin Ladin dan Syekh Aiman Al Zawahiri menunjukkan kemenangan politik dan propaganda Al Qaeda.
Tak seorangpun sungguh-sungguh mengetahui dimana kedua pria tersebut bersembunyi, hanya sekedar teori yang beredar. Sebagian percaya bahwa keduanya selalu berpindah lokasi dari satu suku ke suku lain di perbatasan Afghan-Pakistan yang terbentang sekitar 1.500 mil. Wilayah ini diluar wilayah hukum Pakistan yang memandangnya sebagai “Pahlawan Mujahid” yang berperang untuk membebaskan Afghanistan dan telah menyerahkan kekayaan dan kenyamanan hidup bagi saudara-saudara seiman yang berperang melawan musuh-musuh Islam.
Jendral Asad Durrani, kepala Badan Intelijin Pakistan menyakini bahwa kota besar adalah tempat terbaik bagi Syekh Usaman Bin Ladin untuk bersembunyi. Kota-kota seperti Karachi, Faisalabad, Peshawar, Quetta dan Rawalpindi adalah tempat persembunyian yang baik dan melahirkan tokoh-tokoh kunci Al Qaeda.
Dikatakan oleh orang dekat Syekh Usamah Bin Ladin bahwa beliau tinggal di rumah yang sama dengan Abu Zubaydah yang tertanggap di Faisalabad pada bulan Maret 2002. Sumber tersebut mengatakan bahwa Syekh Usamah Bin Ladin meninggalkan rumah tersebut tiga hari sebelum penyergapan terjadi. Penyergapan dilakukan pasukan gabungan Amerika-Pakistan.
Ketika Syekh Usamah mengirimkan rekaman audio-tape bulan terakhir ini, beliau tidak memberi indikasi dimana beliau bersembunyi. Statemen beliau menunjukkan bahwa beliau beserta Syekh Aiman Al Zawahiri berada di tempat yang nyaman dan aman, dan dapat mengikuti perkembangan politik jazirah Arab dan seluruh dunia.
Syekh Usamah mengatakan bahwa sejak kembali ke Afghanistan setelah di deportasi dari Sudan, beliau tidak lagi menggunakan peralatan modern untuk berkomunikasi seperti HP ataupun telpon satelit serta Internet maupun e-mail. Beliau memilih berkomunikasi dengan tulisan tangan yang diantar oleh kurir. Beliau mendapat seluruh berita terbaru dari kurir yang mendownload dan mengkopi dari kafe Internet
Syekh Usamah dan Syekh Aiman Al Zawahiri sangat sulit dilacak karena kecerdikannya. Mereka membuat sistem keamanan mereka sendiri. Beliau selalu dikawal seorang bodyguard dan sekelompok kecil pasukan kepercayaan. Indikasi kesuksesan beliau dalam membuat sistem keamanan adalah bahwa persembunyian dua istri dan hampir dua puluh putra-putrinya di Afghan pun tak pernah di ketahui. Begitu juga keberadaan keluarga Syekh Aiman Al Zawahiri, tak seorangpun tahu.
Syekh Usamah Bin Ladin dan Syekh Aiman Al Zawahiri berpindah-pindah di wilayah yang penduduknya mendukung Al Qaeda dan pengikutnya bersedia mati demi membela beliau. Hal ini berbeda dengan Saddam Hussein yang arogan, ceroboh dan bergerak di wilayah yang sama. Meskipun dalam pelarian Saddam masih berlagak seperti penguasa. Saddam mengunjungi beberapa kepala suku dan berhubungan dengan pengikut-pengikut yang berkhianat dan bodyguard yang tidak setia. Padahal di sana ada 14.000 personil dari tentara Amerika dan tiga perempat dari penduduk Irak melawannya.
Sepertinya, hidup atau mati, Syekh Usamah Bin Ladin akan selalu menjadi masalah bagi Amerika. Jika dia tertangkap hidup-hidup, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana menurut beliau, akan menjadikan beliau syahid dan harus lewat operasi berdarah. Membunuh beliau hanya akan menjadikan beliau pahlawan dan menambah kebencian kaum muslimin, khususnya di daerah pendudukan dan para pendukung Al Qaeda, terhadap AS. Kematian Syekh Usamah Bin Ladin tidak akan merubah kekuatan Al Qaeda, sebagaimana kematian Syekh Abu Musab Al Zarqawi yang tidak berpengaruh pada kondisi Al Qaeda.
Pola-pola serangan terbaru Al Qaeda menunjukkan bahwa organisasi tersebut memiliki kehidupan dan kekuatannya sendiri dan tidak bergantung kepada pemimpin atau sosok tertentu dalam organisasi. Hanya Ideologi Islam semata yang menjadikan gerakan ini semakin solid, semakin kuat dan mampu berjuang setelah kematian pemimpinnya sekalipun. Jadi, hidup atau mati, Syekh Usamah Bin ladin tetap menjadi figur panutan dan inspirasi bagi organisasi Al Qaeda.
Wallahu’alam bis showab!