JAKARTA (Arrahmah.com) – Lembaga Sensor Film (LSF) melarang penayangan film yang menceritakan tewasnya lima wartawan Australia di Timor Leste, Balibo Five. Pemuka agama Din Syamsuddin menilai bila film itu berdampak buruk, maka perlu dilarang.
“Saya belum lihat filmya. Tapi kita punya hak untuk menolak hal-hal yang membawa keburukan kehidupan kita. Kalau seandainya membawa kemudaratan bangsa ya tidak apa-apa,” kata Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.
Hal itu disampaikan Din Syamsuddin usai bertemu kuasa usaha Swiss untuk Indonesia, Sonja Hurlimann dan First Secretary/Politics Georg Stein di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/12).
Menurut Din, meski memiliki prinsip kebebasan berekspresi, semuanya tetap harus dipertanggungjawabkan. Kendati demikian, Din belum juga melihat film itu sampai sekarang.
“Tapi saya sependapat, perlu ada keseimbangan dan tanggungjawab. Begitu juga dengan kebebasan pers juga harus punya tanggungjawab. Kalau membawa efek negatif ya tidak apa-apa ditolak,” ujar Din.
Film Balibo Five dibuat oleh sutradara Australia, Rob Conolly. Film ini diangkat dari kisah terbunuhnya lima jurnalis di Balibo, wilayah perbatasan di Timor Leste pada tahun 1975, saat meliput masuknya tentara Indonesia ke Timor Leste.
Lima wartawan asal Australia, Selandia Baru, dan Inggris itu adalah Greg Shackleton, Brian Peters, Malcolm Rennie, Gary Cunningham, dan Tony Steward.
Pemerintah Indonesia mengatakan, kelimanya tewas karena terjebak di medan peperangan. Namun, pengadilan koroner di negara bagian Australia, New South Wales, mengatakan kelima wartawan tersebut dibunuh oleh tentara Indonesia. (viva/arrahmah.com)