WASHINGTON (Arrahmah.com) – Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Robert Gates, telah memblokir foto-foto terbaru kekerasan pasukannya terhadap para tahanan muslim di Afghanistan dan Irak.
The American Civil Liberties Union (ACLU) telah menuntut agar 21 foto yang ada di tangan Freedom of Information Act dirilis.
Administrasi Obama mengajukan keberatannya pada Mahkamah Agung Jumat (13/11) malam atas publikasi foto-foto itu.
Bulan lalu, Kongres memberikan Gates kewenangan untuk melarang dokumentasi kekejian AS tersebut tetap terjaga di bawah undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Barack Obama bulan lalu.
Juru bicara Pentagon, Bryan Whitman, mengatakan putusan tersebut diberlakukan mencakup semua foto dari penyelidikan yang terkait dengan perlakuan terhadap individu-individu yang ditangkap atau ditahan dalam operasi militer di luar AS antara 11 September 2001 hingga 22 Januari 2009.
“Publikasi foto-fot ini akan membahayakan warga AS, anggota angkatan bersenjata AS, atau karyawan pemerintah AS yang disebarkan di luar AS,” kata Gates.
Direktur Proyek Keamanan Nasional ACLU Jameel Jaffer mengatakan kelompok akan terus berjuang agar foto-foto itu dirilis, dengan argumen bahwa semua itu merepresentasikan bagian penting sebuah rekaman sejarah.
Pada mulanya, Presiden AS Barack Obama mengatakan tidak akan memblokir foto-foto tersebut dari santapan publik, namun mengubah keputusannya itu pada Mei lalu.
Obama yakin bahwa pengungkapan lebih lanjut bisa mendorong semakin meningkatnya kekerasan di Afghanistan dan Irak dan akan dapat membahayakan pasukan AS di sana, serta akan meninggikan sentimen anti AS.
Foto-foto diambil oleh tentara AS dan ditemukan sebagai bagian dari penyelidikan kriminal tentang dugaan kekerasan Amerika Serikat di kedua negara.
Beberapa foto menunjukkan “tentara menodongkan pistol atau senapan di kepala muslimah berkerudung dan para tahanan yang diborgol,” kata Hakim Agung Kagan Elena saat naik banding ke pengadilan tinggi. Bahkan dalam salah satu foto terdapat pula gambar “seorang prajurit memegang sapu seolah-olah ‘ujungnya mengenai ke rektum tahanan’,” kata Kagan, mengutip dari laporan investigasi yang disiapkan oleh Pentagon. (althaf/bbc/prtv/arrahmah.com)