WAZIRISTAN (Arrahmah.com) – Militer Pakistan telah membantah bahwa Amerika Serikat berada di balik serangan pesawat tanpa awak yang menyebabkan sebanyak 22 orang tewas di daerah persukuan negara itu, dan bersikeras bahwa kampanye melawan Taliban adalah murni agenda Pakistan.
Keraguan atas insiden yang terjadi pada hari Sabtu itu muncul setelah militer mengklaim telah merebut kota kelahiran Hakimullah Mehsud, pemimpin Taliban Pakistan di Waziristan Selatan.
Segera setelah pengumuman militer tentang kota Kotkai, seperti yang dikutip dari keterangan sejumlah pejabat, sebuah rudal yang berasal dari pesawat tanpa awak AS menghantam rumah di desa Chuhatra di Bajaur.
“Rudal tersebut menghantam rumah Maulvi Faqir [seorang komandan Taliban setempat] dan kami mendapat laporan bahwa ada 10 orang tewas,” kata Abdul Malik, seorang pejabat di daerah, yang dikutip Reuters.
Laporan lain mengatakan 14 orang telah tewas. Associated Press mengutip Muhammad Jamil, seorang pejabat pemerintah, yang mengatakan serangan predator AS telah membunuh sebanyak 22 orang.
“Target tampaknya adalah Faqir Mohammad, seorang pemimpin Taliban, namun disinyalir, ia telah melarikan diri”, kata Jamil.
Semua orang yang tewas diklaim oleh berbagai media merupakan anggota Taliban.
‘Pengaruh Asing’
Namun militer Pakistan membantah laporan dan bersikeras bahwa ledakan itu berasal dari bahan peledak dimasukkan pihaknya melalui mobil yang diparkir dekat rumah Faqir.
Alan Fisher, wartawan Al Jazeera dari Islamabad, mengatakan: “Apa yang tentara katakan adalah [bahwa] tidak ada serangan pesawat predator AS di sana, [mereka mengatakan] itu bahan peledak di dalam kendaraan yang diparkir di dekat sebuah rumah, menghancurkan tiga rumah di desa dan membunuh sejumlah orang.”
“Militer mengatakan mereka bebas dari semua pengaruh asing dan ini adalah sebuah operasi yang dilakukan semata-mata oleh militer Pakistan,” lanjut Fisher mengutip perkataan para munafikin Pakistan.
Dalam konferensi pers, Qamar Zaman Kaira, menteri informasi federal, mengatakan Islamabad tidak memiliki kesepakatan dengan Amerika Serikat mengenai serangan pesawat tanpa awak tersebut.
Pemerintah munafik Pakistan selalu memperlihatkan diri mereka di hadapan publik seolah-olah mereka mengecam serangan predator AS di dalam wilayah Pakistan, mengatakan bahwa serangan tersebut melanggar kedaulatan Pakistan dan membantu untuk menciptakan simpati terhadap para pejuang Taliban dan meningkatkan kekuatan mereka.
Amerika Serikat sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda adanya pengurangan serangan yang telah menyebabkan banyak warga sipil Pakistan meninggal.
“Kami tidak ingin ada bantuan atau gangguan dari luar,” Mayor Jenderal Athar Abbas, juru bicara militer Pakistan, mengatakan.
Militer telah memfokuskan diri pada perebutan Kotkai, kota kelahiran Meshud dan Qari Hussain, salah satu deputi seniornya, yang dianggap bertanggung jawab untuk melatih anggota Taliban.
Abbas mengatakan, pasukannya sekarang tengah membersihkan kota dari ranjau darat dan bom pinggir jalan yang ditanam oleh Taliban.
“Alhamdulillah, ini adalah keberhasilan tentara yang sangat besar,” kata Abbas. “Kabar baiknya adalah bahwa penyadapan [komunikasi] kami menunjukkan bahwa ada perpecahan di antara barisan Taliban.”
Fisher melaporkan bahwa militer Pakistan terlalu percaya diri dan sangat tinggi hati dengan keberhasilan dalam satu minggu operasinya.
“Mereka [tentara] mengatakan bahwa banyak Taliban berada dalam keadaan kebingungan, mereka mengklaim bahwa mereka memotong rambut mereka dan memotong jenggot mereka dan berusaha berbaur dengan penduduk setempat,” kutip Fisher dari pejabat Pakistan.
“Militer mengatakan mereka [Taliban] sedang dijauhi oleh penduduk setempat,” tambahnya.
Militer Pakistan melancarkan aksi melawan Taliban di Waziristan Selatan lebih dari seminggu yang lalu, dengan menyebarkan sekitar 30.000 tentara Pakistan yang diperkirakan akan melawan 10-12.000 Taliban.
Sejauh ini media sendiri sebetulnya menghadapi kesulitan untuk mengkonfirmasi informasi militer mengenai serangan di Waziristan Selatan karena para wartawan, termasuk wartawan lokal dan internasional, tidak diizinkan mendekati dekat zona pertempuran dengan dalih akan mengancam keselamatan mereka. (althaf/aljzr/ap/rtrs/ansr/arrahmah.com)