KEDIRI (Arrahmah.com) – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menilai, banyaknya liberalisasi pemahaman melahirkan gerakan yang berujung ekstrem.
“Gerakan liberalisme dan ekstremisme di Indonesia perlu disikapi, oleh karena itu kami akan membahasnya dalam muktamar mendatang,” katanya di Kediri, Jawa Timur, Ahad kemarin.
Hasyim yang ditemui dalam kegiatan silaturahmi dan halalbihalal para Masyaikh, PWNU dan PCNU se-Jawa Timur di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri tersebut mengatakan, berbagai gerakan liberal tersebut perlu diwaspadai. “Dikhawatirkan, ke depan dapat mengganggu kestabilan negara,” katanya.
Menyikapi masalah tersebut, saat ini pihaknya sedang merumuskan konsep tentang antisipasi gerakan liberalisme serta ekstremisme, dan saat itu masih dibahas oleh PWNU Jawa Timur dan Jawa Tengah, sebagai bahan dalam Muktamar ke-32 pada Januari 2010 di Makassar.
Sementara itu, Ketua PWNU PWNU Jatim Kiai Mutawakil Alallah yang juga datang ke lokasi mengatakan, berbagai gerakan liberal dan ekstrem tersebut perlu diwaspadai, sehingga, diperlukan upaya untuk proteksi, terutama segi akidahnya.
“Saat ini, diperlukan upaya proteksi dan perumusan kaderisasi yang tepat dengan melakukan doktrinasi, bukan hanya orientasi saja,” katanya menegaskan.
Ia mengatakan, dampak yang disebabkan karena pemahaman yang cenderung liberal tersebut, sangat hebat, di antaranya dapat merusak moral maupun akidah umat. Bahkan, dampak yang perlu dihindari aliran tersebut dapat merusak konstitusi.
“Jika itu dibiarkan, dampaknya juga dapat merusak tatanan konstitusi yang dapat mengancam NKRI,” katanya.
Selain melakukan upaya doktrinasi, pihaknya juga akan intensif melakukan pencerahan, di antaranya dengan pembuatan buku, sosialisasi ke media, terjun langsung untuk memberi pencerahan ke cabang-cabang, serta agenda lainnya.
Melanggar Khittah NU
Sebelum ini, KH Hasyim Muzadi juga mengatakan, visi dan pola perjuangan NU menggunakan garis moderat, tidak ekstrim. Karena itu, ekstremisasi agama dan liberalisasi pemikiran juga bertentangan Khittah NU, bahkan keluar dari prinsip-prinsip ajaran NU.
”Jadi, melanggar Khittah itu nggak hanya rangkap jabatan di partai politik atau soal politik. Yang liberal dan ekstrim kanan juga bertentangan dengan khittah,” kata Hasyim di Jakarta, Agustus lalu.
Menurut dia, khittah NU terdiri dari tiga bagian penting, yakni, pertama, bagian yang mengatur jati diri NU. ”NU menganut ajaran Islam Ahslusunnah wal Jamaah. Fikihnya menganut salah satu dari Imam empat. Dalam bidang tasawuf mengikuti Junaid Al Baghdadi dan Imam Ghazali. Dalam bidang Akidah mengikuti Al Asy’ari dan Al Maturidi,” jelasnya.
Karena itu, lanjutnya, ekstremisasi agama dan liberalisasi pemikiran sama-sama melanggar Khittah, karena bertentangan dengan visi NU dan pola perjuangan NU. Bahkan, jika tidak sesuai dengan dengan jati diri NU, bisa keluar dari prinsip-prinsip ajaran NU. (hdytlh/arrahmah.com)