Setelah pemerintahan Iran, parlemen Pakistan juga mendesak kerjaan Inggris mencabut gelar “kesatria” pada si penghina Nabi, Salman Rushdie.
Pemberian gelar “kesatria” kepada si penghina Nabi Muhammad, Salman Rushdie oleh pemerintahan Inggris nampaknya berujung protes. Selain Iran, kini, kecaman terus mengalir. Di antaranya, parlemen Pakistan.
Parlemen Pakistan meminta pemerintah Inggris menarik kembali gelar tersebut karena dinilai menghina umat Muslim.
“Kami tetap menolak keras pemberian gelar sir kepada Salman Rushdie,” kata badan parlemen urusan kementerian Sher Afgan, saat membacakan resolusi dari parlemen tingkat rendah Pakistan kemarin.
Pihaknya telah meminta Inggris tidak melakukan sentimen yang melukai umat Muslim dan menarik kembali gelar sir kepada Rushdie. Resolusi itu juga menyebutkan bahwa gelar tersebut bisa meningkatkan penghinaan terhadap Nabi Muhammad.
Pakistan berpenduduk 160 juta orang, yang sebagian besar adalah Muslim. Lima orang dilaporkan tewas di Islamabad dalam kerusuhan menentang buku karangan Rushdie pada 1989.
“Negara Barat menyebut (penganugerahan gelar) itu demi keharmonisan dunia, tetapi jangan sampai hal itu melukai Muslim di seluruh dunia,” ujar Liaquat Baloch, pemimpin parlemen dari partai aliansi utama Islam.
Dia mendesak pemerintahan Presiden Perrvez Musharraf memprotes keras pemerintah Inggris yang telah memberikan gelar kesatria kepada Rushdie.
Sebagaimana diketahui, Salman Rushdie, penulis novel Ayat-Ayat Setan (Satanic Verses), 18 tahun lalu pernah menerima fatwa hukuman mati dari Iran. Selama satu dekade dia terpaksa bersembunyi karena bukunya itu dianggap menghina umat Islam. Rushdie dianugerahi gelar atas jasanya di bidang sastra oleh Ratu Elizabeth II pada Sabtu lalu.
Sebelumnya, Iran juga menilai penganugerahan gelar kepada Rushdie tersebut sebagai sikap islamofobia Inggris. Seorang juru bicara menteri luar negeri Iran menyatakan, pemberian gelar kepada pendusta agama merupakan bagian dari kampanye Barat untuk menentang Muslim.
Menghadapi tentangan yang terus bergulir itu, pemerintah Inggris bergeming. “Sir Salman sangat pantas menerima gelar itu. Alasannya sudah tidak perlu dijelaskan lagi,” ujar Aidan Liddle, juru bicara pemerintah Inggris.
Lebih dari satu dekade terakhir, Rushdie terpaksa bersembunyi setelah Ayatullah Khomeini mengeluarkan fatwa mati terhadapnya pada 1989. Khomeini mengeluarkan fatwa setelah Rushdie mengeluarkan novelnya The Satanic Verses (Ayat-Ayat Setan), yang dianggap menyakiti umat Islam dan menghina Nabi Muhammad.
Sejak itu, Rushdie dilanda ketakutan dan harus hidup berpindah-pindah selama puluhan tahun. Anehnya, Barat dan Eropa justru mendukung kesalahannya itu. [afp/rtr/hid]