JAKARTA (Arrahmah.com) – Belum mulai masuk ke gelanggang DPR, namun sejumlah pihak meragukan kualitas wakil rakyat baru yang akan masuk ke gedung DPR RI. Kemenangan sejumlah anggota dewan baru dalam pemilihan langsung yang mengantarkan mereka dalam pentas perpolitikan tanah air, dinilai hanya bermodalkan popularitas orangtua, mertua, suami-istri, kakaknya atau kerabat yang menjadi pejabat negara, guna memudahkan dinasti politik menjadi kekuatan dan dikenal masyarakat.
Menurut beberapa catatan, keluarga pejabat mulai dari gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota, bahkan anak presiden, mengalir ke Gedung DPR.
“Tidak ada ukuran kualitas calon dalam pemilihan langsung. Yang penting mereka dikenal, punya uang untuk biaya politik, pasti dipilih rakyat. Pemilih juga tidak peduli, apakah yang dipilih pintar atau tidak, layak atau tidak. Mereka hanya memilih orang yang dikenal,” kata Sekjen Forum Masyarakat Pemantau Parlemen (Pormappi) Sabastian Salang kemarin.
Untuk anggota DPR periode 2009-2014 yang akan dilantik 1 Oktober besok, 396 dari 560 adalah anggota baru. Sebagian adalah putra-putri dan sanak saudara keluarga pejabat negara.
Sebut saja Edhi Baskoro Yudhoyono yang terpilih menjadi anggota DPR RI dari Partai Demokrat. Nama ini sebelum SBY naik pentas sebagai Presiden kurang dikenal. Tapi semenjak pemilihan Presiden 2004 yang dimenangi ayahnya, nama Edhi Baskoro pun turut berkibar.
Puan Maharani, anak Megawati Soekarnoputri-Taufik Kiemas. Baru lima tahun terakhir nama ini mulai menanjak popularitasnya.
Dinasti para pejabat negara yang menjadi anggota DPR lainnya, di antaranya adalah putra Ketua DPD Ginandjar Kartasasmita, Agus Gumiwang Kartasasmita. Meski popularitasnya pasang surut, tapi kebesaran nama Ginandjar tak bisa dihilangkan dari nama anggota DPR terpilih dari Golkar ini. Demikian pula ada nama Achmad Muntas Rais yang merupakan putra mantan Ketua MPR Amien Rais.
Mencari Nafkah di Senayan
Menurut catatan Sebastian Salang, hampir 70% anggota dewan baru tak dikenal rakyat sebelumnya.
“70 persen wajah baru yang menghiasi DPR bakal menjadi dilema. Sebab, 70% wajah baru tersebut bisa menjadi potensi, sekaligus menjadi hambatan DPR,” tutur Koordinator Forum Masyarakat Pemantau Parlemen (Formapi) di Jakarta, Rabu (30/9).
Menurutnya, hambatan yang akan terjadi di DPR jika yang masuk adalah orang baru dan tidak mempunyai pengalaman, dan hanya mencari mencari nafkah di Senayan. “Atau menjadi DPR karena pengaruh dari orangtuanya,” terangnya.
Dengan kondisi ini jangan berharap kualitas anggota DPR saat ini akan lebih baik. Sebut saja sejumlah artis, anak politisi, mantu, keponakan, adik-anak, dan sebagainya. “Bahkan anak presiden menjadi anggota DPR, menurut saya kurang pas, karena fungsi DPR itu mengontrol eksekutif, apa yang bisa diharapkan anak mengontrol bapaknya,” katanya.
“Demokrasi jadi kurang sehat karena yang ada adalah politik kepentingan keluarga atau kelompoknya. Bahkan bisa disebut juga bibit-bibit nepotisme masuk dalam kekuasaan,” tambahnya.
Namun, apapun hasilnya DPR yang akan dilantik pada 1 Oktober mendatang, diharapkan masih ada orang yang memiliki kompetensi tinggi dan sesuai dengan bidangnya. “Kita lihat nanti, kita masih menunggu kinerja mereka,” jelas Salang. (hdytlh/arrahmah.com)