WASHINGTON (Arrahmah.com) – Seiring dengan perdebatan yang semakin meningkat mengenai perang Afghanistan yang mulai tidak ‘populer’, sekjen NATO mengatakan bahwa presiden Barack Obama menunda keputusan mengenai pasukan sampai perubahan pendekatan perang diputuskan.
“Hal pertama yang harus diputuskan bukanlah jumlah,” kata Anders Fogh Rasmussen, kepala Pakta Pertahanan Atlantik Utara, kepada wartawan saat ia dan Obama menghadiri pertemuan Oval Office.
Namun, Fogh Rasmussen mengatakan AS dan sekutunya akan tetap tinggal di Afghanistan.
Kedua pemimpin itu tidak menjawab pertanyaan.
Di tengah dukungan publik yang berkurang terhadap perang yang sudah berlangsung delapan tahun, Obama terombang-ambing antara merampingkan kekuatan militer di sana untuk berusaha mencegah Taliban dan faksi mujahidi lain atau berpaling kepada strategi baru yang berfokus pada penangkalan mujahidin yang semakin menguat di negara tetangga Pakistan. Pilihan terakhir tentu saja menjadi prasyarat utama bagi semakin meningkatnya peran pesawat mata-mata tanpa awak dan sejumlah unit pasukan khusus.
Hari ini (30/9) Obama direncanakan akan bertemu dengan Menteri Pertahanan Robert Gates, Menteri Luar Negeri Hillary Rodham Clinton, Ketua Staf Gabungan Laksamana Mike Mullen, penasihat keamanan nasional Jim Jones, utusan khusus Obama bagi kawasan itu, Richard Holbrooke, dan lain-lain. Para pejabat itu sebelumnya pada hari Selasa (29/9) melakukan pertemuan untuk mempersiapkan diskusi hari ini.
Komandan tertinggi AS di Afghanistan, Jenderal Stanley McChrystal, dan bosnya, Komandan Pusat AS Jenderal David Petraeus, juga ikut ambil bagian dalam kedua pertemuan itu. Rabu akan menjadi pembahasan pertama Obama dengan komandan Afghanistan sejak Juni.
Baru-baru ini McChrystal menyampaikan hasil penilaian lapangannya terhadap perang dan perubahan yang dibutuhkan, termasuk permintaan untuk menambahkan lebih banyak pasukan tempur. Permintaan ditambahnya pasukan khusus dimasukkan dalam dokumen terpisah, dan Senator Arizona John McCain dari kubu Republik di Senat Komite Angkatan Bersenjata, kepada The Associated Press mengatakan bahwa Petraeus dan Mullen pun mendukungnya.
Sekretaris Pers Gedung Putih Robert Gibbs menyebut musyawarah minggu ini merupakan awal dari sebuah proses panjang yang akan ditempuh oleh administrasi Obama dan mengatakan bahwa keputusan akhir Obama akan diberikan beberapa minggu lagi.
“Kami akan berangkat dari penilaian McChrystal, dan gagasan-gagasan tambahan lainnya,” katanya. “Hal ini tidak akan selesai dalam satu kali pertemuan.”
Gibbs mengatakan permintaan McChrystal atas penambahan sumber daya tidak akan diteruskan ke Gedung Putih sampai Gates dan Obama merasa telah mencapai konsensus tentang bagaimana mengembangkan strategi peperangan. Seorang pejabat militer senior yang tidak ingin diketahui identitasnya, mengatakan bahwa setidaknya akan dibutuhkan waktu dua minggu.
Namun McCain, salah satu senator terkemuka Partai Republik tetap meminta pengiriman lebih banyak pasukan ke Afghanistan, dan mengatakan Obama harus memperhatikan saran dari para pemimpin militer dan mengabulkannya sesegera mungkin.
McChrystal disinyalir akan meminta sebanyak 40.000 pasukan tambahan, dan Mullen mengatakan dalam testimoni Senat bahwa bulan ini pasukan akan sangat dibutuhkan untuk memenangkan perang. Namun Petraeus telah dengan sangat hati-hati menghindari perdebatan mengenai hal tersebut, sementara Gedung Putih sedang mempertimbangkan berbagai opsi.
McCain meminta Petraeus benar-benar mendukung penambahan pasukan. “Dia dan McChrystal bekerja bersama dalam strategi ini,” kata McCain.
Kongres telah menyeru McChrystal untuk datang ke Washington dan menjelaskan strategi dan permintaan pasukan secara langsung di hadapan para legislator, tapi jurubicara Pentagon Bryan Whitman pada Selasa (29/9) menolak untuk memberi informasi waktu kedatangan McChrystal. Dia hanya akan mengatakan bahwa McChrystal akan memberikan kesaksian pada waktu yang tepat (yang tidak jelas kapan).
Obama tidak sama sekali menyebut-nyebut McChrystal atau apapun tentang dilema yang dihadapinya di Afghanistan saat ia bersama dengan Fogh Rasmussen. Sementara Obama tidak menunjukkan sikap yang final, beberapa negara sekutu Eropa malah mencaplok dan tengah mencoba menganalisis hasil penilaian McChrystal, sebagaimana yang disampaikan oleh pemimpin NATO.
“Saya setuju dengan Presiden Obama dalam hal ini: strategi terlebih dahulu, kemudian sumber daya,” katanya . “Dan jangan membuat kesalahan: diskusi normal dengan pendekatan yang tepat tidak boleh disalahartikan sebagai kurangnya respeknya pemerintah dalam menyelesaikan masalah ini.” (althaf/ap/ansar/arrahmah.com)