Siapapun pemerhati jihad Aghan, ketika mendengar Mulla Dadullah syahid, pasti merasa kaget. Ya, Pemerintah Karzai menyatakan keberhasilannya membunuh Dadullah dalam sebuah Pertempuran pada hari ahad 26 Rabiul Awwal 1428 (13 Mei 2007). Berita itupun dibenarkan oleh pihak Thaliban. Jika pemerhati itu pro Pemerintah Karzai maka ia kaget dan gembira. Tetapi jika pemerhati itu pro Thaliban, pasti kaget dan merasa kehilangan.
Kekagetan itu bukan barang yang aneh mengingat peran Dadullah dalam Thaliban boleh dibilang cukup strategis. Beliau adalah salah seorang tokoh lapangan yang penting di dalam gerakan Thaliban. Banyak operasi yang dipimpinnya berhasil memberikan pukulan telak kepada pihak musuh.
Mulla Dadullah sudah aktif sebagai aktifis gerakan Thaliban sejak gerakan ini masih sebagai gerakan santri, di wilayah Qandahar, Barat daya Afghanistan tahun 1994. Tetapi aktifitas Mulla Dadullah dalam lapangan Jihad telah dimulai sejak tahun 80-an, ketika beliau memimpin sebuah batalyon mujahidin, dalam perang melawan pendudukan Uni Sovyet. Saat itulah ia kehilangan sebelah kakinya.
Kehilangan kaki secara umum menjadi salah satu alasan yang sah untuk tidak mengikuti jihad. Tetapi tidak demikian bagi Mulla Dadullah. Semangat jihadnya tak pernah padam, dan tak pernah terbetik dalam hatinya untuk pensiun dari kancah jihad. Ada sebuah ungkapan membanggakan keluar dari lisan beliau,”Semoga hilangnya satu kaki ini menjadi bayaran untuk mendapatkan tiket menuju jannah…”
Tahun 90-an beliau ikut berjihad melawan aliansi Utara. Bahkan beliau memegang peranan penting dalam penguasaan Thaliban ke Mazar-e Syarif.
Dan ketika Amerika menyerang Afghanistan pada bulan Nopember 2001 dengan alasan untuk mengejar Teroris, Dadullah merupakan salah satu komandan pasukan yang bertugas di Wilayah Utara. Di sanalah banyak pasukan Thaliban terjebak dan kemudian dikepung oleh pasukan musuh di Qunduz. Saat itu satu-satunya komandan lapangan yang tidak mau menyerahkan diri adalah Dadullah. Meskipun begitu dia tidak tertangkap, bahkan bisa lolos dan kembali ke tanah kelahirannya di Kajai, salah satu desa di Helmand.
Lolosnya Dadullah memberi kesempatan baginya untuk membangun kembali kekuatan militer Thaliban yang mengalami kemerosotan secara signifikan. Hingga saat ini Thaliban memiliki kekuatan militer yang cukup membanggakan. Menurut Mulla Dadullah ketika diwawancari oleh seorang Jurnalis Al-Jazeera,”Jumlah Mujahidin yang siap untuk diterjunkan ke dalam peperangan melawan penjajah mencapai 6.000 personil, bahkan tidak mustahil jika mencapai 10.000 personil”. Beliau menambahkan,”Bahkan jika pasukan mujahidin berhadapan dengan Salibis, atau Yahudi, maka sangat memungkinkan jumlah itu akan belipat menjadi 20.000 personil.
Pada umumnya, pemimpin Thaliban cukup tertutup dari media massa. Mulla Dadullah inilah satu-satunya komandan pasukan Thaliban yang menampakkan jati dirinya di hadapan media massa.
Awal tahun ini, asy-Syahid Dadullah ?nahsabuhum wallahu hasibuhum?bertekad untuk meningkatkan intensitas serangan terhadap pasukan penjajah. Dan rencana ini telah dilaksanakan sekuat tenaga, sehingga pihak musuh mengalami kerugian yang tidak sedikit.
Apalagi setelah berhasil melakukan pertukaran tawanan, antara jurnalis Ithali dengan pembebasan lima orang komandan Thaliban pada bulan April yang lalu, Dadullah bertekad untuk menfariasikan serangan dan penculikan dalam rangka melepaskan kawan-kawannya yang ada di dalam penjara Bagram ataupun Guantanamo.
Namun, belum sempurna rencana dan keinginannya tercapai, Allah telah memberikan karunia syahid kepadanya pada hari ahad yang lalu (26 Rabiul Awwal 1428 H/13 Mei 2007 M). Beliau syahid dalam usia 40 tahun, setelah melalui jalan yang panjang bersama perjuangan.
Beberapa saat setelah syahidnya Dadullah, gerakan Thaliban menegaskan bahwa operasi-operasi militernya melawan pasukan penjajah dan pasukan pemerintah boneka Afghanistan tidak akan terpengaruh karena syahidnya Dadullah. Sebab kepemimpinan yang dipegang oleh Dadullah akan segera digantikan oleh kader-kader yang lainnya.
Memang, syahidnya seorang pimpinan lapangan di dalam sebuah gerakan ideologi tidak akan berpengaruh banyak terhadap kekuatannya pasukan. Sebagai bukti, syahidnya pimpinan sebelumnya, yakni Mulla Muhammad Akhtar Utsmani, oleh pasukan sekutu dalam sebuah serangan udara di bagian Barat Afghanistan setelah posisinya diinformasikan oleh intelijen Pakistan segera bisa digantikan oleh Dadullah.
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُواْ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ اسْتَجَابُواْ لِلّهِ وَالرَّسُولِ مِن بَعْدِ مَآ أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُواْ مِنْهُمْ وَاتَّقَواْ أَجْرٌ عَظِيمٌ الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ فَانقَلَبُواْ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُواْ رِضْوَانَ اللّهِ وَاللّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءهُ فَلاَ تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ (سورة ال عمران آيات 169 – 175 )
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. (yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia Telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, Karena itu takutlah kepada mereka”, Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (Ali Imran 169-175)
Sekali lagi, pemerhati yang pro perjuangan Islam akan merasa kehilangan dengan syahidnya Mulla Dadullah. Tetapi kesedihan ini tidak boleh larut. Semoga darahnya yang tertumpah mejadi pupuk bagi tumbuhnya smeangat jihad umat Islam. Dan semoga Allah memberikan ganti yang lebih baik lagi, yang juga sanggup memberikan pukulan kepada kaum penjajah, kaum murtad, dan kaum munafiqin lebih keras lagi. Sehingga kalimah Allah tegak, dan agama seluruhnya milik Allah.
Allahu Akbar… Allahu Akbar … Allahu Akbar
Sumber: http://abahzacky.wordpress.com/2007/05/20/sekilas-tentang-mulla-dadullah/