BUJUMBURA (Arrahmah.com) – “Burundi sedang membayar mahal untuk menjaga perdamaian di Somalia,” ungkap wakil presiden kedua Burundi di hadapan Majelis Umum pada hari Sabtu (26/9).
Sejak bergabung dengan Misi Uni Afrika Untuk Somalia (AMISOM), negara ini telah kehilangan 25 pasukannya dalam tiga serangan terpisah, termasuk tiga korban kecelakaan kapal kargo penerbangan Rusia yang jatuh di Danau Victoria, Uganda, pada Maret 2009.
Atas latar belakang itu, Gabriel Ntisezerana berdalih di hadapan majelis bahwa publik di Burundi menyerukan penarikan pasukan. Adapun pemerintah, menurut Ntisezerena, akan tetap mengambil berperan di Somalia jika perubahan mandat dibuat.
“Mandat AMISOM harus diubah agar membolehkan tentaranya melakukan pencegahan serangan mematikan dan memungkinkan untuk melakukan serangan ofensif atau untuk mengejar dan menangkap agresor jika diperlukan sesuai dengan Bab 7 dari Piagam PBB.”
Pemerintah Burundi pun mengakui bahwa pihaknya akan terus mempersiapkan diri, dengan peningkatan kapasitas pasukan dan serangan udara.
Ntisezerana juga menyampaikan seruan agar sanksi diberikan kepada negara, organisasi dan individu yang mendukung kelompok-kelompok Islam. (althaf/ansarnet/arrahmah.com)