WASHINGTON (Arrahmah.com) – Presiden AS Barack Obama mencoba mengerahkan warga negara Amerika dalam agenda perangnya di Afganistan pada peringatan tahun ke-8 insiden 11 September yang menyerang di Amerika Serikat.
“Marilah kita perbarui angkah kita untuk melawan siapa saja yang melakukan aksi barbar dan memiliki rencana jahat terhadap kita,” kata Obama pada Jumat (11/9) pada saat melakukan upacara peringatan insiden suram tersebut yang dihadiri oleh sekitar 500 orang di Pentagon.
“Dalam pengejaran Al Qaidah dan kelompok ekstremis lainnya, kita tidak akan pernah membiarkannya tersendat-sendat,” lanjut Obama.
Tetapi pada saat yang sama, warga negara Amerika pun merasa khawatir dengan strategi perang negaranya di Afghanistan, yang diinvasi oleh Amerika Serikat sebagai salah satu respon atas penyerangan 11 September menyerang, dalam rangka menyingkirkan Al Qaidah dan Taliban.
Survei yang dilakukan belum lama ini justru memperlihatkan kekhawatiran yang dimunculkan oleh publik Amerika bahwa perang yang dibunyikan oleh George W. Bush untuk melanggengkan kekuasaannya sebagai presiden.
Gedung Putih sendiri saat ini tengah berdebat apakah mereka mengizinkan dikirmkannya tentara tambahan atau tidak.
Namun, juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs, menyampaikan pada Jumat (11/9), bahwa sejauh ini belum ada keputusan mengenai peningkatan jumlah tentara tersebut.
Obama, yang memerintahkan pengiriman sebanyak 21.000 lagi tentara AS awal tahun ini merupakan sebagaian dari strategi baru Afganistan-Pakistan untuk menyisir keberadaan Al Qaidah dan pemimpinnya (Syaikh Usamah bin Ladin), saat ini mulai meminta dukungan warga sipilnya terhadap perang yang sejauh ini telah banyak merugikan pihak AS dan negara-negara sekutunya yang tergabung dalam NATO. (althaf/rtrs/arrahmah.com)