Bilamana sekembalinya para mantan prajurit AS yang pernah diterjunkan ke Iraq mengalami depresi berat dan tekanan psikologis, mungkin sangat masuk akal dan tidak terlalu menghebohkan mengingat mereka memang langsung berhadapan dengan kelompok perlawanan yang setiap saat mengancam jiwa mereka. Akan tetapi menjadi heboh bilamana yang terserang depresi, stress dan tekanan mental itu adalah para diplomat yang dikirim ke sana.
Adalah surat kabar ‘USA Today’ yang mengekspos hal itu. Surat kabar terkenal di Amerika itu mengatakan, sejumlah besar kalangan diplomat AS yang pulang dari Iraq mengalami tekanan mental dan psikis berat, sebagaimana halnya yang dialami para prajurit yang dikirim ke sana. Hal ini mendorong kementerian luar negeri (kemenlu) AS untuk melakukan jajak pendapat khusus mengenai kesehatan mental sekitar 1400 pegawainya yang telah melaksanakan tugas di sana.!?
Dalam edisi Rabu, kemarin, surat kabar itu mengatakan, Lary Brown, direktur pelayanan medis di kemenlu AS menyebutkan, dalam bulan ini, kementerian AS akan mengirimkan sejumlah formulir melalui email kepada para pegawai kementerian yang telah melaksanakan tugasnya di Iraq.
Surat kabar itu menambahkan, formulir-formulir itu –yang diisi tanpa menyebutkan nama- bertujuan untuk mengetahui secara persis jumlah para diplomat dan pegawai sipil yang mengalami trauma, tekanan psikis atau pernah melalui sejumlah pengalaman berat serta berbagai problematika lainnya yang ditimbulkan oleh situasi perang. Demikian seperti yang dituturkan Brown.
Sekalipun para pegawai kemenlu AS di Iraq amat jarang keluar meninggalkan kawasan hijau di Baghdad yang berada di bawah penjagaan super ketat, namun seringkali kawasan itu mendapatkan serangan roket dan mortir secara kontinyu serta terdengar suara-suara ledakan secara rutin.
Nampaknya, kelompok perlawanan Iraq telah berhasil menembus kawasan hijau tersebut dalam sebagian kasus yang jarang. Salah satunya, yang terjadi pada tanggal 12 April lalu.!!??
Surat kabar itu melanjutkan, lembaga-lembaga pelayanan luar negeri AS telah menekan kemenlu AS agar bekerja lebih keras dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, setelah memperhatikan bahwa sebagian para diplomat itu telah menghadapi sejumlah problem dalam beradaptasi sekembalinya mereka dari Iraq.
Brown mengatakan, kemenlu AS kini tengah mempelajari pembentukan tim bantuan kepada mantan diplomat yang mengalami tekanan mental dan psikis sekembalinya ke AS, ke negara-negara yang memiliki tingkat bahaya yang lebih tinggi atau negara-negara yang tingkat pelayanan medis dan pendidikannya lemah di mana mereka tidak dapat pergi ditemani oleh anggota keluarga mereka. (almkhtsr/AS)