PARIS (Arrahmah.com) – Entah apa lagi manipulasi yang dilakukan AS maupun Hamid Karzai dalam pernyataannya kali ini. Presiden Afghanistan ini menuduh Amerika Serikat mencela keluarga dan rekan-rekan terdekatnya dalam usaha untuk meremehkan posisinya dan membuatnya menjadi pemimpin yang lebih ‘lunak’ dalam membuat keputusan.
Dalam wawancaranya dengan harian Le Figaro edisi Senin (7/9), Karzai pun mengutuk serangan udara NATO minggu lalu di provinsi Kunduz, dan mengatakan bahwa dia sangat mendukung perubahan atas taktik militer AS yang kontroversial di Afganistan.
Karzai, yang memenangkan pemilihan presiden putaran pertama bulan yang lalu, memperlihatkan adanya ketegangan dalam hubungannya dengan Amerika Serikat dan mengatakan bahwa kritik AS terhadap rivalnya dalam pemilihan, Mohammad Qasim Fahim, sebetulnya diarahkan kepadanya.
“Amerika menyerang Karzai secara tidak langsung karena mereka menginginkan Karzai menjadi lebih penurut. Tentu saja mereka salah… Lihat saja, rakyat Afganistan masih sangat menghormati presidennya,” kata Karzai penuh rasa percaya diri.
“Tidak ada satu rakyat pun yang mau memiliki presiden yang jadi bonekanya Amerika,” kilahnya.
Tingkah Karzai tidak asing sebagaimana tindakan yang dilakukan oleh penguasa-penguasa negeri muslim lainnya. Ia berusaha meningkatkan elektabilitasnya melalui politik populis, dengan cara seolah-olah membela rivalnya, membela negaranya, serta membongkar keburukan AS padahal dia sendiri adalah salah satu pihak yang terlibat dan tidak bisa dilepaskan dari permainan kepentingan AS di negaranya.
Beberapa waktu lalu, lembaga penelitian HAM Human Rights Watch yang berbasis di new York menyebut Fahim sebagai seorang yang panglima perang yang buruk. Sedangkan Le Figaro mengutip Washington, Fahim merupakan penyelundup obat-obatan terlarang.
Karzai juga menyatakan tuduhan bahwa adiknya korup tidak berdasar, sembari menambahkan bahwa kedutaan besar Amerika Serikat di Kabul gagal membuktikan tuduhan tersebut untuk kedua kalinya.
“Hal itu tidak berarti bahwa saya menolak adanya problem serius mengenai korupsi di dalam tubuh pemerintahan kami. Justru itulah prioritas saya. Namun saya hanya ingin meminta transparansi dari mitra asing kami itu,” katanya. (althaf/ansarnet/rtrs/arrahmah.com)