Surat kabar Inggris Guardian menurunkan tulisan berisi kritik tajam terhadap pemerintahan George W. Bush di AS. Menurut surat kabar itu, Bush telah mengubah AS dari negara yang selama ini menjadi model demokrasi menjadi negara yang totalitarian.
Pemerintahan Bush bahkan disebut mengingatkan pada model pemerintahan Nazi di Jerman, fasis Mussolini di Italia dan komunis di China.
“Sangat sukar dan sulit menciptakan dan mempertahankan sebuah demokrasi, tapi sejarah menunjukkan bahwa lebih mudah meruntuhkannya. Anda tinggal melakukan 10 langkah,” tulis Guardian edisi Selasa (24/4) dalam artikelnya berjudul “Fasis Amerika, dalam 10 Langkah Mudah.”Pemerintahan Bush, tulis Guardian, sudah melampaui langkah pertama, yaitu menciptakan apa yang dia sebut “Terorisme Islam” sebagai musuh internal dan eksternal menyusul serangan 11 September.
Bush telah memanfaatkan peristiwa 11 September untuk menimbulkan ketakutan dan ketika ia terpilih kembali sebagai presiden AS pada tahun 2004, Bush secara luas telah membentuk opini publik tentang eksistensi Usamah bin Ladin dan kelompok Al-Qaidanya. Akibatnya, rakyat AS terjebak dalam perang terbuka yang tidak jelas ujungnya dan kapan akan berakhir.
Guardian menyamakan apa yang dilakukan Bush yang menyatakan “Terorisme Islam” sebagai ancaman, dengan apa yang dilakukan Hitler yang menyatakan komunis sebagai ancaman bagi keamanan bangsanya.
Surat kabar tersebut juga membandingkan reaksi Bush terhadap aksi teror dengan reaksi negara-negara Eropa yang juga kerap menjadi korban serangan teroris. Guardian bahasa yang digunakan Bushdalam menyampaikan ancaman terorisme, berbeda dengan bahasa yang digunakan Spanyol, misalnya, dalam menjelaskan masalah yang sama.
“Orang-orang Spanyol mengakui bahwa mereka menghadapi ancaman atas keamanan mereka, sedangkan orang-orang Amerika berpikir bahwa mereka diancam dengan akan berakhirnya peradaban,” demikian tulis Guardian.
Bukti Kediktatoran Bush
The Guardian juga menulis bahwa pemerintahan diktator seperti pemerintahan Bush sekarang, tidak memberi ruang bagi munculnya oposisi. Mereka akan menindak tegas para pemimpin oposisi, dengan cara menghancurkan karir profesional para tokoh oposisi atau melontarkan tuduhan “mata-mata” dan “pengkhianatan.”
Guardian menekankan bahwa pemerintahan Bush telah mengancam kehidupan pegawai negeri sipil, artis bahkan para akademisi. Mereka harus siap kehilangan pekerjaan jika tidak mengikuti kebijakan Bush.
“Para pendukung Bush di sejumlah dewan perwakilan negara bagian telah menekan para petinggi universitas agar menghukum atau memecat akademisi yang bersikap kritis pada pemerintah,” tulis Guardian.
“Sedangkan bagi para pegawai negeri sipil, pemerintahan Bush sengaja menghambat karir seorang pengacara militer yang vokal menyuarakan masalah pengadilan yang adil bagi para tahanan. ”
Guardian membeberkan bukti-bukti lainnya tentang kediktatoran pemerintahan Bush. Pada tahun 2006 misalnya, Ketua Studi Afrika-Amerika di Universitas Yale pada Guardian mengungkapkan, bahwa para kepala polisi anti teror negara federal melakukan pemantauan dan membayar sejumlah mahasiswa untuk merekam pernyataan para profesor dan guru-guru mereka yang menentang kebijakan luar negeri Bush.
Selain itu, undang-undang Military Commission Act yang disahkan pada tahun 2006 memberikan wewenang pada Bush untuk menentukan dan menyebut bahwa seorang warga negara AS adalah “musuh pejuang. ” Di bawah aturan itu, definisi tentang “mata-mata” dan “pengkhianat” negara jadi sangat longgar.
Bukti kediktatoran Bush lainnya adalah di bidang kebebasan pers. American Committee to Protect Journalist mengatakan bahwa tindakan penangkapan terhadap wartawan di AS makin meningkat sekarang ini.
Guardian juga mencontohkan penangkapan terhadap seorang blogger bernama Josh Wolf. Wolf ditangkap dan dipenjara selama setahun karena menolak menyerahkan rekaman video aksi unjuk rasa anti-perang ke aparat berwenang di AS.
Otoritas di AS juga melakukan penghinaan dan mencoba menyeret seorang reporter TV bernama Greg Palast ke pengadilan kriminal, hanya karena ia dan produsernya membuat film pengakuan para korban badai Katrina di Louisinana.
Kasus lainnya, militer AS di Irak menangkap dan memenjarakan seorang wartawan CBS dan Associated Press, karena kedua wartawan itu berusaha mengungkap situasi yang dialami AS sesungguhnya di Irak.
Lebih lanjut Guardian menulis bahwa rakyat AS juga sudah menjadi korban kediktatoran Bush. Bush misalnya, mengesahkan tindakan memata-matai warga sipil dan komunitas masyarakat tertentu, melakukan penangkapan sewenang-wenang, menekan para akivis dan orang-orang yang mengkritiknya, membentuk tim yang kejam dan menerapkan hukum seenaknya.
“Sangat jelas bagi warga Amerika biasa bahwa mereka juga, bisa di bawah pemantauan negara,” tulis Guardian.
Surat kabar The New York Times, bulan Maret kemarin mengungkap tindakan kepolisian New York yang menugaskan aparatnya untuk menyamar sebagai simpatisan dan aktivis, untuk mengumpulkan informasi dan laporan dari hasil pengamatan di lapangan tentang kondisi masyarakat dan kelompok-kelompok anti-perang yang ada di AS bahkan di Kanada dan Eropa. Laporan-laporan itu kemudian diserahkan ke badan intelejen.
Organisasi American Civil Liberties Union melaporkan adanya database rahasia Pentagon yang berisi banyak informasi tentang pertemuan-pertemuan kelompok perdamaian dan ant-i perang, kegiatan aksi unjuk rasa dan protes warga AS. Database tersebut mengindentifikasi sekitar 1. 500 informasi yang menurut mereka masuk dalam katagori “kegiatan mencurigakan.”
Pemerintahan Bush juga melakukan penyadapan terhadap sistem komunikasi tanpa persetujuan pengadilan, pascaserangan 11 September. Selama lima tahun sudah, pemerintahan Bush mengintai nama-nama daftar penumpang pesawat terbang, melalui layanan reservasi perjalanan global.
Semua tindakan memata-matai warga sipil, menurut Guardian, juga dilakukan oleh rejim diktator Mussolini di Italia, Nazi di Jerman dan komunis di Jerman dan China. Aparat kepolisian rahasia pada masa rejim itu, memata-matai warga masyarakat dan mendorong masyarakat untuk memata-matai tetangga-tetangganya. Persis yang dilakukan Bush sekarang.
Belum lagi penahanan semena-mena dan perlakuan tidak manusiawi pada para tahanan yang dilakukan AS. Kamp penjara Guantanamo di Kuba, penjara Abu Ghraib di Irak dan penjara-penjara AS di Afghanistan adalah bukti nyata kebiadaban pemerintahan diktator Bush.
Bush, menurut Guardian, telah mengikuti langkah-langkah pemerintahan fasis Mussolini dan Stalin dengan membentuk pengadilan militer bagi para tawanan di Guantanamo. Di samping itu, mereka melakukan penahanan tanpa tuduhan yang jelas dan tidak pasti batas waktunya.
Kediktatoran Bush sudah merambah hampir semua sisi kehidupan masyarakat AS. Pada tahun 2004, America’s Transportation Security Adiministration menyatakan bahwa mereka memiliki daftar penumpang yang menjadi target keamanan negara. Yang mengejutkan, dalam daftar itu terdapa nama Senator Edward Kennedy yang dikenal sangat liberal di AS, nama sejumlah aktivis di San Francisco, beberapa pejabat pemerintah Venezuela dan ribuan warga biasa AS.
Profesor Walter F Murphy, salah seorang cendikiawan terkemuka di AS sempat kaget ketika naik pesawat dan kru pesawat mengatakan bahwa dirinya ada dalam daftar orang “berbahaya.” Sementara Profesor keheranan, kru penerbangan itu bertanya padanya,”Apakah Anda pernah ikut aksi massa perdamaian?”
Menjawab pertanyaan itu Murphy mengatakan,”Saya menjelaskan bahwa saya pernah ikut, tapi tidak selalu. Dan pada September 2006, saya memberikan kuliah di Princeton, pernah muncul di televisi dan menulis di website yang isinya kritik tajam pada George W. Bush yang telah banyak melanggar konstitusi. ”
Daftar panjang yang dibeberkan Guardian, sudah cukup jelas membuktikan bahwa Bush adalah pemimpin yang diktator bukan pemimpin yang demokratis. Dan Bush tak pantas mendengung-dengungkan soal demokrasi Amerika Serikat ke seluruh dunia. (ln/iol)