(Arrahmah.com) – Hamas tertarik untuk mengadakan dialog pembuka dengan pemerintahan Obama karena dinilai kebijakan Obama lebih baik daripada mantan presiden sebelumnya, George W. Bush, kata pimpinan Hamas, Khaled Mashaal, pada hari Minggu (16/8).
Ia menolak laporan mengenai kemajuan negosiasi pembebasan Gilad Schalit, tentara IDF yang diculik oleh Hamas.
Mashal pun menolak bahwa Hamas berusaha untuk menegakkan aturan Islam yang sangat ketat di Jalur Gaza, dengan dalih bahwa agama tidak bisa ditegakkan dengan kekerasaan dan paksaan.
Ucapannya ini muncul dalam sebuah wawancara dengan harian Qatar, Al-Watan, dan dipublikasikan sehari setelah Hamas mengklaim berhasil ‘menggagalkan’ pendirian Emirat Islam di Jalur Gaza oleh Jundu Ansarullah yang berbasis di Rafah. Dalam insiden tersebut, 28 orang tewas dan lebih dari 120 orang mengalami luka-luka.
Pimpinan Jundu Ansarullah, Syaikh Abdel Latif Mousa, tewas saat penyerangan yang dilakukan oleh Hamas dan rengrengannya.
“Kami tidak mengadili siapapun. Kami hanya mencoba terbuka dan realistis,” kata Mashaal ketika ditanya apakah pernyataan terakhirnya mengenai penerimaan solusi negara bagian Palestina dengan Israel menandai adanya pergeseran garis kebijakan Hamas.
“Kami tidak memiliki masalah jika harus menyepakati sesuatu dengan partai apapun di dunia ini kecuali dengan Zionis penjajah. Baik dengan AS maupun negara lainnya, dari barat ataupun timur, kami telah mempersiapkan diri untuk melakukan dialog dengan mereka.”
Mashaal memuji Presiden AS Barack Obama karena presiden kulit hitam pertama ini di negeri Paman Sam ini bisa memakai beragam bahasa dibanding dengan para pendahulunya.
“Bahasa apapun kami sambut dengan terbuka,” kata Mashaal. “Namun bukan hanya perubahan bahasa yang kami inginkan, namun juga ada perubahan kebijakan. Kami telah katakan bahwa kami siap untuk bekerja sama dengan AS atau partai internasional lainnya yang memungkinkan warga Palestina luput dari penjajahan.”
Mashaal menekankan bahwa pernyataannya tidak berarti bahwa Hamas akan menerima permintaan untuk mengakui peluncuran kembali kekerasan oleh Israel.
Lagi-lagi Mashaal menolak dengan tegas bahwa organisasinya sedang mencoba untuk menerapkan Syariat Islam di Jalur Gaza. Hamas, katanya, merupakan gerakan pembebasan nasional yang memiliki prioritas utama untuk membebaskan tanah airnya dan mengembalikan seluruh hak warga Palestina.
Hamas tidak memiliki satupun kebijakan untuk menerapkan aturan agama pada siapapun, karena keyakinan hanya bisa muncul dari upaya-upaya persuasif, bukan tekanan, paksaan, maupun kekerasan.
Mashaal mengklaim keputusan terakhir yang dikeluarkan oleh salah seorang hakim di Jalur Gaza yang mewajibkan para pengacara perempuan untuk mengenakan hijab tidak merefleksikan kebijakan Hamas.
“Hakim itu bertindak sesuai dengan kehendaknya sendiri, bukan atas koordinasi dengan Hamas atau pemerintahan Ismail Haniyeh,” paparnya. “Hakim tersebut ingin mengimplementasikan penafsirannya sendiri atas suatu hukum. Namun kebijakan kami menyatakan bahwa agama tidak seharusnya diterapkan atas siapapun.”
Sementara itu, sejumlah kelompok Islam ‘garis keras’ di Jalur Gaza mengancam pada hari Minggu (16/8) bahwa mereka akan mengambil tindakan atas kematian para anggota Jundu Ansarullah dengan menyerang Hamas.
Salah satu kelompok, Pedang Kebenaran, mendesak para penduduk setempat untuk menjauhi Hamas beserta beberapa tempat yang biasa dijadikan sebagai ajang berkumpulnya Hamas karena pihaknya berencana untu menyerang orang-orang munafik itu secepatnya.
Kelompok lainnya, Ansar Assuna, mengatakan anggotanya berencana mengadakan serangan besar-besaran di Jalur Gaza sebagau wujud solidaritas mereka terhadap Al Qaidah. Kelompok ini dipimpin oleh Mahmoud Taleb (Abu Mutasem) yang tengah dicari oleh Hamas selama tiga tahun ini. (Althaf/arrahmah.com)
Pertemuan Mishaal Dengan Kaum Kafir Syiah, apakah ini pemimpin Islam yg sebenranya:
Video khaled masha’al praise the shaitan of khomini:
http://www.youtube.com/watch?v=a33itaDX18k