GAZA (Arrahmah.com) – Ketua Komite Rakyat Melawan Pengepungan Jamal Al-Khodari menggambarkan kondisi kehidupan di Jalur Gaza sebagai “bencana” setelah perang “Israel” terbaru, sebagaimana dilansir oleh MEMO, Rabu (17/9/2014).
Dalam siaran pers, Al-Khodari mengatakan bahwa lebih dari 90 persen warga Palestina di Jalur Gaza hidup di bawah garis kemiskinan akibat tingkat pengangguran yang semakin meningkat tajam.
“Pengungsi warga Gaza, yang tinggal di tempat penampungan, mengalami kondisi yang memprihatinkan, karena mereka kehilangan kebutuhan dasar kehidupan setelah runtuhnya hampir semua fasilitas layanan utama seperti listrik, air dan sanitasi.” kata Al-Khodari.
Dia mengatakan bahwa krisis kemanusiaan meningkat setelah perang “Israel” di Jalur Gaza.
“Penghasilan individu kurang dari $ 2 per hari,” katanya.
Al-Khodari mengatakan bahwa sekitar 95 persen air di Gaza tidak bisa diminum dan air laut tercemar karena 40 juta liter air limbah yang tidak diolah mengalir ke dalamnya setiap hari.
“Ini memiliki efek bencana bagi kesehatan masyarakat dan industri perikanan juga,” katanya.
Mengenai infrastruktur, Al-Khodari menekankan bahwa Gaza yang sudah babak belur akibat pengepungan “Israel”, kondisinya semakin memburuk setelah serangan udara “Israel” di Jalur Gaza.
“Secara umum, semua aspek kehidupan sangat terpengaruh, termasuk sektor pertanian,” kata Kepala komite anti-pengepungan.
“Tanah pertanian tercemar oleh bahan beracun dari roket “Israel” yang melanda peternakan,” tambahnya.
Al-Khodari menyerukan kepada semua lembaga dunia dan Arab untuk segera memberikan solusi cepat untuk menyelamatkan nyawa warga Gaza.
(ameera/arrahmah.com)