JAKARTA (Arrahmah.com) – Deputi Kerja Sama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Herry Purwanto, mengaku Indonesia dianggap negara yang berhasil menangani kasus terorisme . Di mata para negara APEC (Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik), Indonesia dianggap mampu meninggalkan pendekatan militeristik dalam menangani kasus terorisme. Betulkah?
“Dunia mungkin bisa dibohongi, tapi tidak untuk umat Islam di negeri tercinta ini. Faktanya, berapa banyak orang ditangkap hanya karena diduga teroris, untuk kemudian diadili dan dihukum.Berapa banyak orang mati dieksekusi oleh Densus 88 hanya karena diduga teroris?” kata Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya kepada Islampos.com, Senin (8/4/2013).
CIIA mencatat sudah 700 orang lebih dalam kurungan menjadi korban hanya karena diduga dan terkait terorisme. Hari ini tercatat sudah 90 orang tewas di luar proses peradilan.
“Inikah yang dikatakan sukses dan bagus? Atau inikah yang dimaksud tidak militeristik? Ini sebuah cerita keberhasilan yang antagonis dengan fakta yang sesungguhnya terjadi,” ujarnya.
Jadi, lanjut Harits, “terorisme” telah menjad barang dagangan untuk kepentingan-kepentingan BNPT, Densus88 demi menggaet banyak dana hibah dari luar negeri. Dan, dijadikan barang dagangan untuk kepentingan investasi para kapitalis yang rakus dan dimediasi oleh pemerintah RI.
“Umat Islam yang jadi korban dengan isu teroris. Umat Islam jadi tumbal kepentingan kapitalis,” tegasnya.
(islampos/arrahmah.com)