GAZA (Arrahmah.id) – Sembilan orang relawan Lembaga Medis dan Kemanusiaan (MER-C) mengalami hambatan untuk keluar dari Jalur Gaza pekan lalu imbas dari serangan Israel dan penutupan perbatasan Rafah dengan Mesir, kata tim MER-C pada Rabu (15/5/2024).
Hambatan tersebut mereka alami pada 6 Mei 2024 lalu, ketika para relawan medis yang telah bergerak menuju perbatasan dengan Kairo untuk menjalani proses imigrasi terpaksa menunda kepulangan karena mendapat informasi “situasi tidak memungkinkan”.
“Seluruh tim, bukan hanya tim MER-C, diminta untuk kembali dan menunda proses keluar. Itu juga berlaku buat tim yang bergerak menuju Rafah,” kata Ketua Emergency Medical Team (EMT) MER-C Arief Rachman kepada wartawan saat konferensi pers.
Israel mulai menguasai Penyeberangan Rafah, yang telah menjadi salah satu jalur utama masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, sejak 7 Mei lalu. Akibatnya, pasokan bantuan menumpuk di sisi Mesir.
Arief mengatakan bahwa semua hal berjalan lancar sehari sebelum para relawan dijadwalkan menyeberang lewat Rafah untuk keluar dari Gaza.
“Yang terjadi pada 6 Mei kemarin adalah sebuah kejadian yang sama sekali tidak bisa kami prediksi,” ujarnya.
Saat ini, pihak MER-C menunggu perkembangan upaya negosiasi untuk membuka pintu perbatasan agar para relawan yang telah selesai bertugas bisa pulang ke Tanah Air. MER-C mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan tim EMT, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang membantu masuknya para relawan ke Gaza pada Maret lalu, serta pihak-pihak lain.
“Apabila (negosiasi) tercapai, MER-C akan memfasilitasi pemulangan teman-teman relawan yang sudah bertugas,” kata Arief.
Kini total jumlah warga negara Indonesia yang menjadi relawan di Gaza – semuanya bertugas untuk MER-C – ada 12 orang. Mereka adalah satu tim medis yang terdiri dari seorang dokter bedah plastik, dokter ortopedi, spesialis kedokteran keluarga, dokter umum, empat orang perawat dan seorang bidan.
Selain itu ada empat staf nonmedis, dua di antaranya mahasiswa yang telah lama bertugas sebagai relawan MER-C di Gaza yaitu Fikri Rofiul Haq dan Reza Aldilla Kurniawan. Mereka semua kini menetap di Gaza selatan.
Liaison Officer EMT MER-C Marissa Noriti mengatakan mereka terus berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri serta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di negara-negara yang berbatasan dengan Palestina dan Israel.
Ia mengungkapkan, pemerintah terus memantau perkembangan terkini dan telah menunjukkan keinginan untuk membantu.
MER-C belum bisa memastikan jalur mana yang akan dilewati para relawan kemanusiaan untuk keluar dari Gaza.
Ada wacana bahwa relawan dapat keluar melalui perbatasan Kerem Shalom antara Gaza dan Israel atau Nitzana antara Israel dan Mesir, kata Marissa. Ia menambahkan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah berhasil melakukan uji coba masuk dan keluar dari Nitzana, namun situasi di lapangan selalu berubah dengan cepat.
“Bukan tidak ada solusi. Solusi itu telah ada, namun memang kita di daerah konflik dan situasi berubah sangat cepat,” katanya.
(ameera /arrahmah.if)