BANDUNG (Arrahmah.com) – Saat ini sekitar tujuh ribu bayi yang lahir di Jabar berat badannya kurang dari 2.500 gram. Kondisi tersebut membuat bayi sangat rentan alami gizi buruk. Pada 2010, tercatat 0,93 persen dari 1 juta bayi yang lahir atau 9.300 alami gizi buruk.
Sedangkan saat ini kasus balita kurang gizi mencapai 23,3 persen atau sekitar 233 ribu. “Akibat bobot lahir bayi yang kurang berakibat pada kualitas hidup dimasa mendatang,” ujar Gubernur Jabar Ahmad Heryawan dari rilis yang diterima detikbandung, Senin (21/3/2011).
Menurut Heryawan, pihaknya menaruh perhatian khusus terhadap masalah gizi pada anak-anak. Upaya terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas bayi yang lahir dengan cara mengoptimalkan program pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana. Melalui pendekatan keluarga diharapkan tumbuh kesadaran pentingnya asupan gizi bagi ibu dan anak.
“Kami juga menyebar sekitar lima ribu bidan ke daerah rawan gizi di Jawa Barat,” kata Heryawan.
Berdasarkan data dari Dinkes Jabar, pada 2009 jumlah balita yang mengalami gizi buruk 9.600 bayi atau sekitar 0,96 persen dari jumlah balita yang lahir, yakni sekitar 1 juta balita. Sedangkan, di 2010 jumlah balita yang mengalami gizi buruk turun menjadi 0,93 persen. Sedangkan untuk gizi kurang, jumlahnya lebih banyak lagi. Saat ini tercatat 233 ribu balita alami gizi kurang.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Alma Lucyati menyatakan Pemprov sudah melakukan terobosan untuk meningkatkan kualitas kesehatan bayi yang lahir. Menghadapi masalah tersebut, pemprov telah melaksanakan program pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana.
Menurutnya, program tersebut dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas. (dtk/arrahmah.com)