YERUSALEM (Arrahmah.com) – Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Jerusalem Institute for Israel Studies menunjukkan peningkatan tajam dalam tingkat kemiskinan di kalangan orang-orang Palestina di wilayah pendudukan Yerusalem. Sebanyak 82% warga Yerusalem hidup di bawah tingkat kemiskinan, ungkap laporan tersebut, sebagaimana dilansir PIC, Rabu (22/6/2016).
Surat kabar “Israel” Haaretz melaporkan bahwa sekitar 300.000 warga kota Yerusalem yang diduduki ini telah lama menjadi salah satu kelompok paling miskin di “Israel”, tapi selama dekade terakhir situasi ekonomi mereka telah memburuk secara drastis.
Menurut Haaretz, alasan utama penurunan situasi ekonomi itu adalah karena adanya pembangunan pagar pemisah yang memotong Yerusalem dari Tepi Barat. Hal ini menyebabkan kerugian yang parah terhadap bisnis yang mengandalkan pelanggan dari Tepi Barat, dan juga tingginya biaya hidup karena tidak ada lagi impor murah dari Tepi Barat.
Surat kabar itu juga mengatakan bahwa meluasnya Intifada Yerusalem pada awal Oktober 2015 dan pemeriksaan keamanan ketat di pos pemeriksaan di sekitar Yerusalem membuat semakin sulit untuk mengimpor produk-produk dari Tepi Barat, yang menyebabkan kenaikan tajam dalam harga pangan.
Surat kabar itu juga melaporkan bahwa harga di Yerusalem Timur tidak lebih rendah dari pada harga barang di Yerusalem Barat, dan satu dari setiap tiga pekerja di Yerusalem Timur tinggal di lingkungan luar pagar pemisahan, yang membuatnya sangat sulit bagi mereka untuk bekerja di kota.
(ameera/arrahmah.com)