KOLOMBO (Arrahmah.com) – Polisi Sri Lanka telah menangkap 74 orang setelah kekerasan komunal yang menargetkan Muslim, reaksi baru terhadap pemboman bunuh diri Paskah yang menewaskan ratusan orang di gereja dan hotel, kemarin (14/5/2019).
Pemerintah memberlakukan jam malam di seluruh pulau pada Senin malam (13/5), tetapi warga Sri Lanka bangun pada Selasa (14/5) mendengar tentang kekerasan terhadap Muslim, rumah, bisnis, dan masjid mereka.
Massa menyerang area Kuliyapitiya, Hettipola, Aukana, Kottampitiya, Negombo, Chilaw, Kurunegala, Dummalasuriya, Rasnayakapura, Kobeigane, dan Bingiriya.
Pada Senin malam (13/5), gerombolan bengis itu menuju ke Nikaweratiya, membuat keluarga Muslim bersembunyi di sawah di tengah lapar dan dahaga berpuasa.
Shamila Reyal, yang suaminya bekerja di Timur Tengah, menggambarkan bagaimana gerombolan itu tiba dengan van dan sepeda motor di Thummula, sebuah desa yang terletak sekitar 80 km dari ibukota.
Mereka menyerang masjid. Tetapi ketika saudara lelakinya pergi ke tempat kejadian, ia didorong kembali oleh polisi. “Saya berlari ketakutan dengan putri saya yang berusia tiga tahun ke hutan,” kata Reyal kepada Arab News. “Sepanjang malam saya bersembunyi, tanpa segelas air pun.”
Rameeza Begum dari Pasyala, sebuah desa sekitar 40 km dari Kolombo, melihat orang-orang turun dari kereta untuk menyerang masjid setempat.
“Para preman itu berusaha keras melarikan diri saat melihat kendaraan tentara yang datang untuk mengumumkan jam malam,” katanya kepada Arab News.
Ali Fahmey menulis di Facebook bahwa pabrik tempat dia bekerja diserbu oleh perusuh dan tujuh rekannya harus melarikan diri demi menyelamatkan hidup mereka, mengatakan bahwa seseorang bahkan melompat keluar dari jendela.
Kardinal Malcolm Ranjith, uskup agung Kolombo, mendesak pihak berwenang untuk melakukan pemeriksaan senjata di semua rumah, terlepas dari agama penghuninya. Dia mengatakan orang-orang di gerombolan itu menggunakan jeruji besi dan instrumen lain yang bisa mematikan.
Juru bicara kepolisian Ajith Rohana mengatakan pengaturan keamanan khusus telah disiapkan untuk mengatasi gerombolan yang datang ke daerah-daerah Muslim, dan bahwa pos-pos pemeriksaan telah didirikan untuk menghentikan penyusup memasuki desa.
Dari 74 yang ditangkap, 33 ditahan dan sisanya keluar dengan jaminan.
Seorang menteri pemerintah mengatakan tidak dapat dipercaya bahwa ada kekerasan di daerah-daerah dengan kehadiran polisi.
“Kami telah berulang kali mengeluh kepada perdana menteri dan presiden tentang serangan balasan yang akan datang dan mengatakan kepada mereka untuk mengambil tindakan pencegahan,” Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Rishad Bathiudeen, mengatakan.
Fouzul Ameer, seorang tukang kayu dan ayah dari empat anak, telah ditikam sampai tewas. Polisi belum mengkonfirmasi pembunuhan itu.
Penjabat Inspektur Jenderal Polisi C.D. Wickramaratne memperingatkan siapapun yang ditangkap sehubungan dengan tindakan tersebut tidak akan menerima jaminan dan akan menghadapi hukuman penjara hingga 10 tahun, katanya. (Althaf/arrahmah.com)