YOGYAKARTA (Arrahmah.com) – Berdasarkan data pada tahun 2010 sebanyak 36 sumur di Yogyakarta yang dijadikan tempat pengambilan sampel, ada sekitar 70 persen sumur yang tercemar bakteri e-coli, hal tersebut disebabkan karena letaknya yang berdekatan dengan tempat pembuangan limbah rumah tangga.
Demikian yang diungkapkan Kepala Bidang Pengawasan dan Pemulihan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta, Ika Rostika, di Yogyakarta, Selasa (21/6/2011). Ia juga menambahkan bahwa jumlah sumur warga yang tercemar bakteri e-coli pada 2010 tersebut sudah lebih sedikit bila dibanding persentase sumur yang tercemar bakteri serupa pada 2007 yang mencapai 85 persen.
Namun BLH akan terus berupaya untuk menekan pencemaran bakteri e-coli di sumur warga dengan sosialiasi budaya hidup bersih kepada warga Kota Yogyakarta melalui berbagai kegiatan.
Rencananya BLH akan kembali melakukan pemeriksaan terkait pencemaran bakteri e-coli tersebut pada akhir 2011.
Sementara itu, Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lestari yang bergerak di bidang lingkungan hidup, Agus Hartana, mengatakan bahwa tingginya presentasi sumur yang tercemar bakteri e-coli disebabkan pola hidup masyarakat yang cenderung semakin pragmatis. Masyarakat lebih senang mengutamakan kepraktisan yang justru berakibat pada penurunan kondisi lingkungan, seperti munculnya pencemaran bakteri e-coli di sumur warga.
Agus menjelaskan selain pengelolaan limbah rumah tangga yang kurang baik, pencemaran bakteri e-coli di sumur warga juga dapat disebabkan oleh pengelolaan sampah yang masih buruk.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah dilakukan di sumber penghasil sampah. Namun pada faktanya hal itu belum dapat direalisasikan dengan baik. Pemerintah, pemerhati lingkungan dan masyarakat perlu memikirkan jalan keluar terbaik, agar pencemaran lingkungan tidak semakin meningkat. (ans/arrahmah.com)