LONDON (Arrahmah.id) – Tujuh dari sepuluh Muslim Inggris telah mengalami beberapa bentuk Islamofobia di tempat kerja, menurut sebuah jajak pendapat baru yang dirilis pada Selasa (7/6/2022), Anadolu News Agency melaporkan.
Survei menunjukkan sekitar 69 persen Muslim yang saat ini bekerja di Inggris menghadapi semacam perilaku Islamofobia selama berada di tempat kerja.
Ini termasuk interaksi dengan pelanggan, klien dan orang lain (44 persen), selama acara sosial yang berhubungan dengan pekerjaan (42 persen) dan ketika mencari promosi (40 persen).
Survei tersebut dilakukan oleh Hyphen, sebuah organisasi yang memantau Islamofobia dan diskriminasi terhadap Muslim di Eropa, dan dilakukan oleh perusahaan poling, Savanta ComRes.
Sebanyak 1.503 Muslim Inggris diwawancarai antara 22 April dan 10 Mei untuk mengumpulkan data yang, menurut lembaga survei, mewakili Muslim Inggris berdasarkan usia, jenis kelamin, etnis, dan wilayah.
Muslim kulit hitam ditemukan telah mengalami tingkat Islamofobia yang lebih tinggi dibandingkan dengan Muslim lainnya.
Sementara 37 persen dari semua Muslim melaporkan contoh diskriminasi pada tahap perekrutan, angka tersebut melonjak menjadi 58 persen untuk Muslim Kulit Hitam.
Komunitas Muslim di Inggris juga merasakan beban terberat dari krisis biaya hidup, dengan 54 persen responden mengatakan bahwa membayar biaya rumah tangga dasar – tagihan air, gas dan listrik, makanan dan bahan bakar – adalah tantangan yang lebih besar daripada lima tahun lalu.
Terlepas dari meningkatnya Islamofobia dan diskriminasi, serta krisis keuangan, ada optimisme di kalangan Muslim Inggris atas partisipasi yang lebih luas dalam masyarakat, menurut sebuah laporan yang merinci hasil jajak pendapat.
Lebih dari 50 persen mengatakan kehidupan mereka telah meningkat selama lima tahun terakhir, 68 persen merasa partisipasi Muslim dalam masyarakat telah meningkat, sementara 53 persen berpandangan bahwa Muslim saat ini lebih diterima di Inggris.
Selain itu, 55 persen mengatakan ada peluang yang lebih baik bagi Muslim untuk sukses di Inggris dan 58 persen setuju bahwa pemuda Muslim sekarang memiliki lebih banyak panutan untuk diteladani di Inggris.
Meskipun demikian, laporan tersebut menekankan bahwa pemerintah perlu mengubah pendekatannya terhadap komunitas kulit hitam, Asia, dan etnis minoritas (BAME), jika ingin memenuhi janji untuk menciptakan masyarakat yang setara. (haninmazaya/arrahmah.id)