WASHINGTON (Arrahmah.com) – Lebih dari 500 antropolog telah bergabung secara terbuka dalam aksi boikot akademik “Israel” yang diprakarsai oleh Asosiasi Studi Amerika, dan sebanyak 77 lainnya bergabung secara anonim, The Washington Post melaporkan, Senin (6/10/2014).
Pada bulan Februari, Asosiasi Studi Amerika menyerukan untuk mendukung boikot lembaga akademik “Israel” untuk memprotes pendudukan “Israel” di wilayah Palestina.
Kampanye tersebut telah menarik ratusan para antropolog yang menyuarakan penentangan mereka terhadap pelanggaran “Israel” terhadap hak-hak Palestina, termasuk pendudukan militer “Israel” di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Didorong oleh komitmen mereka untuk mempromosikan dan melindungi hak-hak manusia dengan pemenuhan penuh harkat kemanusiaan mereka, para penandatangan petisi itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa aksi solidaritas terhadap masyarakat sipil Palestina merupakan tradisi disipliner dalam mendukung anti-kolonial dan perjuangan hak asasi manusia. Dukungan ini sendiri merupakan titik tolak penting dari keterlibatan antropologi dalam menentang kolonialisme.
Pernyataan itu menambahkan bahwa lembaga akademis “Israel” melakukan tindakan penjajahan dan penindasan terhadap rakyat Palestina. Boikot ini berarti bahwa anggota yang menandatangani petisi ini tidak akan berkolaborasi dalam proyek dan kegiatan yang melibatkan lembaga akademis “Israel”, tidak akan mengajar atau menghadiri konferensi di lembaga-lembaga tersebut, dan tidak akan mempublikasikan dalam jurnal akademik yang berbasis di “Israel”.
Para penandatangan petisi itu menuntut diakhirinya blokade Gaza dan pendudukan di wilayah yang dicaplok dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967 dan membongkar pemukiman dan tembok pembatas.
Mereka juga menyerukan pengakuan “Israel” terhadap hak-hak dasar warga Arab-Palestina di “Israel” dan Badui Negev untuk kesetaraan penuh, dan menghormati, melindungi, dan mempromosikan hak-hak pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah mereka dan harta benda mereka sebagaimana yang telah diatur dalam Resolusi PBB 194.
Boikot akademik “Israel” tidak hanya berhasil membawa serta American Association Studi (ASA) – yang merupakan asosiasi tertua dan terbesar khususnya untuk studi interdisipliner budaya dan sejarah Amerika – tetapi juga Association for Asian American Studies and the Native American dan Indigenous Studies Association.
Boikot akademik “anti-Israel” ini merupakan bagian dari Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi(BDS), yang diluncurkan delapan tahun lalu untuk menentang kebijakan diskriminatif “Israel” terhadap Palestina dan pendudukan dan bangunan pemukiman ilegal.
(ameera/arrahmah.com)