LATAKIA (Arrahmah.com) – Bentrokan berat meletus pada Jum’at (29/4/2016) antara pejuang Suriah dengan pasukan rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad di wilayah JabalAl-Akrad di provinsi pesisir Latakia, ujar aktivis Suriah saat rezim mendeklarasikan “gencatan senjata” singkat di pedesaan utara.
Aktivis Suriah, Abdul Rahman Lathqani mengatakan kepada Zaman Alwasl bahwa pejuang telah membunuh dan melukai sedikitnya 50 tentara rezim dalam bentrokan yang dimulai di desa Kabanah di pegunungan Kurdi yang menyaksikan bentrokan antara kedua belah pihak selama satu pekan terakhir.
Lathqani menyebutkan bahwa bentrokan dimulai ketika rezim mencoba untuk menyerang desa, didahului dengan meriam dan tembakan mortir, disertai dengan serangan udara pengecut dari jet tempur Rusia dan rezim Suriah. Namun menurut aktivis, pejuang Suriah membentuk formasi untuk menghadapi gempuran rezim dengan senjata berat dan menengah, menyebabkan puluhan orang tewas dan luka-luka di kalangan milisi rezim.
Dua anggota dari Sukur Al-Sahara juga dilaporkan telah tewas. Liwa Suqur Al-Sahara adalah cabang bersenjata militer Suriah Arab yang bertempur di sisirezim Suriah. Mereka dilaporkan terdiri dari mantan perwira militer dan veteran serta relawan dari kelompok-kelompok pro-rezim lainnya dengan rentang usia 25-40 tahun. Mereka dianggap sebagai kelompok elit yang dilatih untuk taktik penyergapan dan telah digunakan dalam tugas khusus di beberapa wilayah. Kelompok ini dilengkapi dengan senjata ringan dan menengah.
Aktivis menyebutkan bahwa Ayman Jaber, seorang pengusaha yang dekat dengan rezim dan Fawaz Asad, sepupu Bashar Asad, adalah orang yang membentuk milisi ini dan mereka memulai aksinya di kota Homs dan berpartisipasi dalam pertempuran di Palmyra.
Setelah pejuang Suriah melancarkan ofensif di provinsi Latakia dan menguasai kota Kessab, milisi Suqur Al-Sahara dipindahkan ke wilayah itu.
“Gencatan senjata”
Rezim Nushairiyah pada Jum’at (29/4) menyatakan “gencatan senjata” lokal singkat di dekat Damaskus dan Latakia namun tidak menyebutkan hal itu di Aleppo meskipun terjadi lonjakan pertempuran di mana PBB menyatakan adanya pengabaian yang mengerikan bagi kehidupan sipil.
“Gencatan senjata” akan dimulai pada Sabtu (30/4) pukul 01.00 waktu setempat, hanya berlangsung satu hari di pinggiran timur ibukota, wilayah Ghautah, dan tiga hari di pedesaan utara Latakia, ujar pernyataan militer rezim Suriah seperti dilansir Zaman Alwasl.
Kedua distrik telah menyaksikan pertempuran intensif dalam beberapa hari terakhir. (haninmazaya/arrahmah.com)