BAGHDAD (Arrahmah.com) – Sebanyak 50.000 warga Irak di Fallujah menderita kelaparan dan kematian karena mereka tidak dapat meninggalkan kota yang terkepung itu, yang dikuasai oleh ISIS.
Lise Grande, seorang pejabat senior PBB, mengatakan kepada Al Jazeera pada Kamis (7/4/2016) bahwa kondisi kemanusiaan telah memburuk dalam tiga bulan terakhir dan kota yang berjarak 70 km sebelah barat dari Baghdad itu bisa mengalami bencana.
“Kami sangat khawatir tentang situasi ini. Ada sedikit obat-obatan dan tidak ada lagi pasokan makanan dalam dua atau tiga bulan terakhir,” kata Grande, mengutip sumber-sumber di Irak.
Bantuan belum mencapai Fallujah sejak pemerintah merebut kembali Ramadi dari ISIS pada bulan Desember dan rute pasokan diputus oleh pasukan Irak dan kelompok bersenjata mencegah warga sipil untuk meninggalkan wilayah itu.
Komentar Grande ini datang setelah seruan yang dikeluarkan oleh Human Rights Watch (HRW) yang mendesak pihak yang bertikai untuk memastikan bahwa bantuan bisa mencapai penduduk sipil.
Warga telah melaporkan bahwa sebanyak 140 orang, banyak dari mereka adalah orang tua dan anak-anak, telah tewas selama beberapa bulan terakhir karena kurangnya makanan dan obat-obatan, ungkap HRW.
Tidak mungkin untuk memverifikasi informasi tersebut secara independen di saat akses ke Fallujah sarbatas, dan ISIS melarang penggunaan ponsel dan internet, kata Al Jazeera.
Dalam salah satu video terbaru yang diberikan oleh aktivis kemanusiaan yang berbasis Baghdad kepada HRW, menunjukkan seorang wanita dari Fallujah dan anak-anaknya sekarat karena tidak ada beras, gandum, bahkan kurma lokal pun tidak ada – dan rumah sakit juga telah kehabisan makanan bayi .
Beberapa laporan juga mengatakan bahwa orang-orang di Fallujah terpaksa makan roti yang terbuat dari biji kurma dan minum sup yang terbuat dari rumput, kata HRW.
Sekarung gandum dijual dengan harga $ 500 di Fallujah, bandingkan dengan harga gandum di Baghdad yang seharga $ 15 sekarung.
(ameera/arrahmah.com)