(Arrahmah.com) – Bulan Ramadhan menyimpan sejarah bahagia dan duka. Ada peristiwa kemenangan dan ada juga kehilangan. Pada tanggal 5 Ramadhan, sejarah Islam mencatatkan halaman kelamnya. Ketika penjajah Zionis Yahudi melakukan pembantaian terhadap penduduk Kota Lod, Palestina. Peritiwa ini terjadi di sore hari 5 Ramadhan 1367 H bertepatan dengan 11 Juli 1948 M. Pasukan pembantai ini dipimpin oleh seorang zionis, Moshe Dayan.
Sore itu, rentetan gemuruh peluru memecah keheningan menuggu waktu berbuka. Yahudi menyerang dua kota; Lod dan Ramallah. Dengan kejamnya mereka membunuhi penduduk Palestina di tengah jalan. Antara Yafa dan Quds.
Tanggal 10 Juli, Ben Gurion (perdanan menteri pertama “Israel”), menunjuk Yigal Alon sebagai komandan untuk menyerang Kota Lod dan Ramallah. Sedangkan Yitzhak Rabin sebagai wakilnya. Yagil Alon diperintahkan untuk memulai serangan dari udara. Inilah pertama kalinya Yahudi menyerang pemukiman Palestina melalui serangan udara. Serangan udara itu diikuti dengan serangan dari darat pula. Langsung ke jantung kota. Hal ini menyebabkan relawan kemanusiaan dan pasukan perdaimaian Arab berjaga-jaga di pinggiran Lod. Tapi, Inggris menginstruksikan agar mereka angkat kaki dari sana.
Setelah pasukan dan relawan itu beranjak dari pos-pos mereka di Lod, kota ini dijaga oleh pemuda-pemuda sipilnya dengan senjata ala kadarnya. Mereka berjaga di masjid kota. Setelah berperang hanya dalam hitungan jam, penduduk pun kehabisan amunisi dan dipaksa untuk menyerah. Sejurus kemudian, zionis Yahudi masuk ke masjid dan membantai mereka di sana.
Pasukan Yahudi berusaha menaklukkan kota dengan berbagai cara. Mereka masuk kota dengan dua brigade pasukan. Satu brigade memasuki kota pada pukul 10 pagi dari arah selatan melalui desa Annabah. Dan brigade yang kedua masuk melalui sisi Barat Daya. Dengan cepat pasukan ini menguasai bandara kota. Jatuhnya bandara menyebabkan terisolasinya kota. Strategi ini memastikan Kota Lod dan Ramallah tak mendapat suplai dari luar. Baik suplai logistik perang atau bahan makanan. Akhirnya kedua kota ini pun dikuasai penuh. Para aktivis tak mampu menahan serangan artileri dan tank-tank Yahudi.
Yahudi mulai menghujani pemukiman padat penduduk dengan bom-bom dan peluru.
Zionis Yahudi terus memberikan tekanan sepanjang pertempuran. Fokus serangan mereka tertuju pada Kota Lod. Serangan intens terjadi di siang hari di sisi timur Desa Daniel. Pejuang muslim di kota itu memberikan perlawanan. Setelah satu jam setengah pertempuran berlangsung, Zionis kehilangan 60 orang tentaranya. Namun logistik perang yang minim membuat pejuang kota kembali kehabisan senjata. Kemudian Zionis meluncurkan pasukan serangan lain, yang lebih besar dan didukung oleh kendaraan lapis baja. Mereka menembaki siapapun, tak peduli perempuan, orang tua dan anak-anak.
Setelah itu, tentara Zionis menyerang markas pasukan Yordania di Kota Lod. Tindakan ini memicu kemarahan penduduk. Mereka mengekspresikan emosi mereka dengan turun ke jalan. Menanggapi aksi masa itu, pemerintah Zionis menginstruksikan tentara-tentara untuk menghabisi semua yang turun ke jalan. Tak ayal, 250 nyawa penduduk Palestina melayang seketika. Peristiwa pembantaian ini menjadi pembunuhan masal dalam jumlah besar dan waktu tercepat dalam sejarah.
Moulay Cohen mencatat kengerian yang luar biasa dalam tragedi pembantaian di Kota Lod dan Ramallah ini. Ia menyebut peristiwa yang mengakibatkan ratusan nyawa melayang dan pengungsian ini dengan kejahatan perang.
Total korban dalam peristiwa ini mencapai 426 orang. Termasuk 176 orang yang tewas di Masjid Dahmash pada serangan hari pertama. Catatan lainnya menyebutkan 335 orang tewas. Termasuk 80 orang di Masjid Dahmash.
Semoga Allah Ta’ala menjaga kaum muslimin di Palestina dan negeri-negeri lainnya.
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
(fath/kisahmuslim/arrahmah.com)