BOSTON (Arrahmah.id) – Kelompok pemuja setan, The Satanic Temple (TST), mengumumkan bahwa mereka akan menggelar pertemuan pemuja setan di Amerika Serikat, yang diklaim sebagai pertemuan terbesar sepanjang sejarah.
Pertemuan bertajuk SatanCon 2023 tersebut akan digelar di Boston, Massachusetss, pada tanggal 28-30 April mendatang, dalam rangka peringatan hari jadi TST yang ke-10.
“Pertemuan pengikut setan terbesar dalam sejarah digelar di Boston pada 28-30 April,” demikian tulisan di video promosi yang diunggah TST di Instagram.
Berdasarkan pengumuman itu,SatanCon akan diramaikan dengan “presentasi ritual setan, panel diskusi, dan pasar.”
Terkait hal ini, kelompok pemuja setan memiliki sederet fakta yang jarang diketahui masyarakat awam.
Berikut ini fakta-fakta pemuja setan di AS, seperti dilansir CNN.
1. Kebanyakan pemuja setan bukan penyembah setan
Tak seperti namanya, para ‘pemuja’ setan kebanyakan bukanlah ‘penyembah’ setan. Sebagian besar pemuja setan sebetulnya adalah ateis.
Dalam situs webnya, Gereja Setan menuliskan bahwa setan bagi mereka merupakan “simbol martabat, kebebasan, dan individualisme.”
Setan disebut berfungsi sebagai “proyeksi metaforis eksternal dari potensi pribadi tertinggi” mereka.
“Kami tidak percaya pada setan sebagai makhluk atau pribadi,” tulis Gereja Setan.
Mereka menempatkan individu sebagai pusat alam semesta yang digambarkan oleh pendeta Peter Gilmore dari “a-theist” menjadi “I-theist”.
Gereja yang didirikan pada 1960-an itu juga menjelaskan bahwa memuja setan artinya memuja sesuatu yang rasional yang selama ini dihilangkan dari paham supranatural dan takhayul “berbasis tradisi kuno”.
2. Tidak semua anti-Natal
Para pemuja setan juga bisa ikut merayakan natal. Tak ada larangan bahwa mereka tak boleh merayakan hari besar umat Kristiani itu.
Gereja Setan mengklaim hari raya Natal merupakan hari besar para penyembah berhala. Perayaan itu disebut telah “dicuri” oleh “orang-orang Kristen”.
Menurut mereka, Sinterklas sebetulnya datang untuk menandakan kesenangan. Sinterklas dipandang sebagai kombinasi Dionysos dan Silenus dari mitologi Romawi dan Yunani.
“Jadi untuk musim liburan Yule, kami menikmati kekayaan hidup dan kebersamaan dengan orang-orang yang kami hargai, karena seringkali hanya kami yang tahu dari mana tradisi itu berasal,” tulis Gereja Setan.
Seorang seniman Detroit dan anggota Gereja Setan, Michael Mars, mengaku turut merayakan Natal bersama umat Kristiani. Namun, perayaan itu dilakukan bukan untuk memperingati kelahiran Yesus.
“Saya pribadi hanya melihatnya sebagai waktu untuk dihabiskan bersama keluarga saya,” katanya.
3. Memiliki gereja yang tersembunyi
Para pemuja setan tidak memiliki gereja yang berdiri dengan bangunan yang sebenar-benarnya. Mereka menyembunyikan Gereja Setan semata-mata demi tetap mengedepankan “pendekatan hidup individualis” mereka.
Pendiri Gereja Setan, Anton LaVey, menggunakan rumahnya di San Fransisco sebagai markas gereja tempat dia melakukan ritual.
Saat ini, gereja tersebut berbasis di New York di mana kantor pusatnya tak dibuka untuk umum.
“Saat kami mengadakan acara, itu bersifat pribadi,” kata Gilmore.
Keberadaan Gereja Setan sendiri memang banyak dikecam hingga beberapa gereja terpaksa tutup. Oleh sebab itu, jika mereka menemukan tempat untuk ritual, mereka akan merahasiakan lokasi tersebut.
4. Pernah terjadi ‘kepanikan setan’
Pada 1980-an dan 1990-an, acara bincang-bincang program berita Amerika mengaitkan laporan mengenai pengorbanan hewan dan ritual pembunuhan dengan pemujaan setan.
Slate.com, yang menyelidiki “kepanikan akibat penyalahgunaan ritual setan” melaporkan pada Januari 2014 bahwa kepanikan akibat setan terungkap pada 1980-an dan 1990-an. Saat itu, situs itu menuliskan acara bincang-bincang program berita Amerika yang pernah mengaitkan laporan mengenai pengorbanan hewan dan ritual pembunuhan dengan pemujaan setan.
Menurut situs tersebut, kepanikan dimulai dari ritual aneh dan penganiayaan yang terjadi di sebuah taman kanak-kanak California.
“Saat para penginjil berdoa untuk pembebasan dari momok Setan, ‘ahli’ acara bincang-bincang mengklaim bahwa setiap bentuk pelecehan yang dapat dibayangkan sedang terjadi dalam skala besar di Amerika dan bahwa jaringan pemuja setan telah menyusup ke sekolah, polisi, dan pemerintah setempat,” tulis laporan tersebut.
Taman kanak-kanak di California itu pun disidang kala itu. Namun persidangan berakhir tanpa arti, termasuk laporan FBI yang menyimpulkan bahwa tuduhan penyalahgunaan ritual setan tidak kredibel.
Meski begitu, survei majalah Redbook pada 1994 mengungkapkan 70 persen orang Amerika percaya bahwa penyalahgunaan ritual setan itu nyata.
5. Simbolisme dan seni dinilai penting
Para pemuja setan sangat menghargai simbolisme dan seni. Gereja Setan selama ini menggunakan simbol Setan untuk menarik perhatian pada apa yang dilihatnya sebagai kemunafikan simbol Kristen di properti pemerintah.
Selama bertahun-tahun, mereka mengajukan petisi untuk bisa memiliki patung Baphomet yang besar, sebuah simbol Setan berkepala kambing, di Capitol, Oklahoma.
Pada tahun lalu, mereka pernah merayakan Natal di Capitol negara bagian Michigan dengan menampilkan patung ular melilit salib setinggi 3 kaki.
“Simbol pada dasarnya adalah konstruksi alami manusia,” kata Gilmore.
“Pemuja setan merasa bahwa kita harus dengan bangga mengagumi kapasitas manusia yang paling berharga ini tanpa perlu menggunakan tokoh mitologis sebagai perantara jarak,” imbuhnya. (rafa/arrahmah.id)