JAKARTA (Arrahmah.com) – Kebohongan memang selalu akan melahirkan kebohongan berikutnya, demikan kata Dahnil Anzar Simanjuntak, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menanggapi berita yang beredar terkait beberapa pernyataan Polri yang tidak nyambung..
Dahnil menanggapi link di berita ini.Jenazah Siyono Tidak Autopsi, Polri: Keluarga Ingin Langsung Dikubur
Dikutip dari sangpencerah.com, kata dia, membaca tanggapan Kadiv Humas pada link di atas, saya ingin menjawab. Dengan segala Hormat dan kecintaannya kami kepada kepolisian. Bahwa deretan kebohongan memang selalu akan melahirkan kebohongan berikutnya,
Kebohongan baru itu adalah;
Pertama;
Sekarang Kadiv Humas mengatakan keluarga tidak mau diotopsi dan minta segera dikuburkan, Padahal sebelumnya mengatakan Bahwa Jenazah Siyono sudah dilakukan otopsi dan menemukan penyebab kematiannya Karena benturan Keras dikepala, nah sekarang justru mengatakan otopsi tidak dilakukan Karena keluarga menolak dilakukannya otopsi. Dan berkaitan dengan itu keluarga bapak dan Istrinya sudah menandatangani.
Kedua;
Mohon maaf Pak Polisi berdasarkan keterangan keluarga Untuk membuka kafan Jenazah Siyono Saja keluarga dapat halangan dari pihak kepolisian, dan Jenazah diminta Untuk segera dikebumikan tengah malam itu juga setelah Tiba di Rumah, dibarengi dengan Usaha orang yang meminta tandatangan kepada keluarga agar keluarga Siyono bersedia menandatangani Surat yang menyatakan mengikhlaskan kematian Siyono. Orang Tua Siyono, Pak Marso Diyono menandatangani Surat tersebut, tetapi Suratmi Istri Almarhum Siyono menolak menandatanganinya.
Ketiga;
Mungkin betul dengan sadar Pak Kepala Desa menolak otopsi, tapi kami tidak tahu alasannya. Semoga bukan Karena faktor takut. Tetapi, warga yang kami temui dan sampai dengan proses otopsi yg sesungguhnya dilakukan oleh Tim Forensik Muhammadiyan justru warga Mendukung proses otopsi dan membantu persiapannya, meskipun sampai detik terakhir otopsi dilakukan Masih Ada Usaha dari Polres Untuk mencegah otopsi dengan alasan harus Ada Izin dari Densus 88.
Keempat;
Berkaitan dengan Isu Ada Luka tembak, yang menurut keterangan Dokter Forensik Muhammadiyah Memang tidak Ada. Dan, sepengetahuan kami Tim Advokasi Memang tidak pernah menyatakan kepada Publik sebelum proses otopsi dilakukan Ada Luka tembak. Jadi, justru kalimat Luka tembak itu muncul dari Polisi sendiri.
Kelima;
Jangan sampai Publik diprovokasi oleh kelompok teroris. Kami nyatakan, Publik saat ini mulai rasional, tahu betul siapa yang sedang memprovokasi dan siapa yang sedang bekerja Untuk kemanusian.
Semoga momentum Usaha mencari keadilan Untuk Bu Suratmi saat ini bisa membantu memperbaiki institusi kepolisian yang sama-sama kita cintai.
(azm/arrahmah.com)