NAIROBI (Arrahmah.com) – Sedikitnya tujuh orang terbunuh ketika polisi menembaki sekitar 100 pemuda Muslim di ibukota Kenya pada hari Jumat (15/1) memprotes penangkapan seorang ulama kelahiran Jamaika yang diklaim pemerintah mempengaruhi para pelaku pemboman sistem transportasi London 2005.
Farouk Machanje dari Forum Hak Asasi Manusia Muslim, yang mengorganisir protes di Nairobi setelah shalat Jumat itu, mengatakan lima orang telah tewas.
Pihak medis mengatakan bahwa seorang pemuda yang telah ditembak di kepala, meninggal ketika mereka membawanya ke rumah sakit pemerintah. Seorang pejabat yang ingin dirahasiakan identitasnya mengatakan mereka mengambil dengan 10 orang yang mengalami cedera akibat terkena tembakan ke rumah sakit.
Associated Press mensinyalir bahwa para demonstran yang menjadi korban kebrutalan polisi itu berusia sekitar 25 tahunan.
Polisi melakukan barikade dan mendesak para pengunjuk rasa agar menjauhi masjid. Segera setelah para pengunjuk rasa keluar dari masjid, polisi menembakkan gas air mata dan menggunakan meriam air untuk membubarkan mereka. Para demonstran kemudian melemparkan batu. Mereka telah merencanakan untuk berjalan hingga ke Departemen Imigrasi untuk memprotes penahanan Syaikh Abdullah el-Faisal.
Selain itu, puluhan warga Kenya lainnya yang tidak terlibat dalam demonstrasi melemparkan batu ke arah pengunjuk rasa. Tidak jelas mengapa mereka melakukannya.
Pada sebuah konferensi pers, juru bicara pemerintah Alfred Mutua menolak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang demonstrasi tetapi membaca sebuah pernyataan yang menjelaskan tindakan pemerintah terhadap el-Faisal.
“Pemerintah Kenya menyadari Abdullah el-Faisal telah dideportasi dari beberapa negara atas tuduhan merekrut, menginspirasi dan mengadvokasi para pembom bunuh diri,” kata Mutua. “El-Faisal adalah ancaman bagi negara ini, karena memiliki kecenderungan untuk merekrut pelaku bom bunuh diri.”
Lebih dari 300 mil jauhnya, sejumlah muslim di kota Mombasa menggelar demonstrasi serupa pada hari Jumat, dan berakhir dengan damai.
Awal pekan ini Menteri Imigrasi Otieno Kajwang mengatakan el-Faisal akan tetap dipenjara sampai Kenya dapat mengembalikannya ke Jamaika.
Negara asal el-Faisal menyatakan akan menerimanya, tetapi tidak ada negara yang bersedia untuk mengeluarkan visa transit yang akan memungkinkan el-Faisal untuk melakukan penerbangan ke Jamaika.
“Orang ini sangat berbahaya sehingga tidak ada negara yang ingin menyentuhnya,” kata Mutua saat melakukan pengarahan pada hari Kamis.
Inggris telah mengatakan bahwa el-Faisal menyebarkan ajaran-ajaran yang mempengaruhi salah satu dari para pelaku pemboman di London yang menewaskan 52 orang. Ulama ini juga pernah ditahan selama empat tahun di penjara Inggris karena tuduhan menghasut para pengikutnya untuk melakukan pembunuhan dan dan menyebarkan kebencian rasial terhadap orang Amerika, Hindu, dan Yahudi. El-Faisal dibebaskan pada 2007 dan dideportasi ke Jamaika. Dia tinggal di sana sampai awal 2009.
El-Faisal tiba di Kenya pada 24 Desember lalu, tapi pejabat imigrasi di titik perbatasan tidak mengetahui database-nya mengingat bahwa software yang seringkali dipakai untuk mengecek database para pendatang sedang diperbaiki, kata departemen imigrasi. Dan pihak berwenang Kenya menyadari bahwa ia berada di negara itu seminggu kemudian. (althaf/ap/arrahmah.com)