MANIPUR (Arrahmah.id) — Beberapa hari setelah viral sebuah video yang memperlihatkan dua wanita diarak telanjang dan diperkosa massal oleh puluhan pria di Manipur, India, kedua korban dari suku Kuki itu memberikan kesaksiannya ke media India The Quint (22/7/2023).
Salah seorang korban (18) menceritakan bahwa dirinya ditolong seorang sopir Muslim pengangkut sayuran yang kebetulan lewat lokasi kejadian. Dia kemudian disembunyikan dalam tumpukan sayuran ketika dikejar pria-pria suku Meiteis yang tahu bahwa dirinya telah melarikan diri.
“Saya minta izin buang air kecil. Salah satu dari mereka hanya melepaskan ikatan tangan saya dan saya mengambil beberapa langkah ke depan dan berguling menuruni bukit Bishnupur. Saya entah bagaimana mencapai jalan utama. Di sana, saya melihat sebuah mobil. Saya awalnya takut untuk menghentikan mobil karena saya pikir mereka mungkin Meiteis. Tapi karena ini masalah hidup dan mati, jadi saya menghentikannya. Sopirnya kebetulan seorang Muslim Pangal. Dia adalah seorang pengangkut sayuran yang mengangkut sayuran di pagi hari. Dia menyembunyikan saya di antara karung sayuran,” ungkapnya ke The Quint (22/7).
Mengetahui tangkapannya telah kabur dengan kendaraan pengangkut sayuran, massa suku Meitei menembaki kendaraan pria Muslim itu. Hingga terjadi kejar-kejaran sampai ke dalam kantor polisi Bishnupur.
Di dalam kantor, 3 orang polisi kemudian mengamankan pria-pria suku Meitei yang mengaku hanya sedang berlatih sesama anggota klub. Namun korban menyebutkan bahwa dia telah dianiaya mereka dan mereka memiliki senjata di dalam kendaraanya. Belum sempat diperiksa, massa suku Meitei berhasil melarikan diri.
“Sopir Muslim yang membantu saya kemudian memberi tahu saya bahwa petugas itu mungkin seorang Meitei. Dia lalu menawarkan untuk mengamankan saya ke kerabat saya. Lalu saya masuk ke mobilnya. Saya bahkan tidak memiliki kekuatan untuk mendaki, jadi pria Muslim itulah yang membantu saya dan menurunkan saya sampai bertemu ibu saya. Sesampainya di sana, beberapa gadis yang bertugas menjaga saya tidak berani melihat kondisi saya. Mereka kemudian membawa saya ke kediaman TT Haokip (mantan anggota dewan dari partai BJP), dan saya terbaring tak berdaya selama dua hari (16-17 Mei),” jelasnya lagi.
Peristiwa memilukan itu terjadi pada 15 Mei ketika dia pergi untuk menarik uang yang dikirim oleh temannya dari stan ATM di Imphal.
Tak diketahui alasannya, dua kendaraan mendekatinya dan menanyakan identitas gadis itu. Setelah diketahui bahwa gadis itu adalah suku Kuki, para pengendara mobil lalu menyekapnya dan memasukannya ke dalam kendaraan mereka.
“Mereka membawa saya ke daerah Meitei yang disebut daerah Wangkhei, mereka memanggil pria dan wanita lain di sana. Mereka memutuskan bahwa hanya wanita yang akan menyentuh saya dan mereka mulai memukuli saya. Mereka menangkap saya sekitar jam 5 sore dan terus memukuli saya sampai subuh. Semua wanita Meitei yang datang ke sana menyentuhku. Kemudian, mereka berdiskusi di antara mereka sendiri bahwa jika mereka terus memukul saya di pinggir jalan, polisi mungkin akan datang dan menyelamatkan saya. Jadi, mereka membawa saya ke daerah terpencil dan memukul saya di sana.”
“Kemudian, mereka memanggil beberapa pria berkaos hitam, mungkin Arambai Meteis. Mereka membawa senjata, pisau, dan tali – dan datang dengan Bolero putih dalam kelompok 7-8. Saya diserahkan kepada mereka. Mereka bersikeras bahwa saya harus dibunuh. Dan jika mereka tidak akan membunuhku, maka mereka akan melakukannya sendiri.”
Akhirnya, gadis itu dibawa ke puncak bukit di Bishnupur dalam kondisi telanajang sambil dipukuli tanpa henti hingga dagu dan telinganya berdarah. Berbagai senjata ditodongkan dan diancamkan ke kepala dan lehernya agar dia tidak berteriak minta tolong dan merengek-rengek minta belas kasihan.
“Mereka memukul saya dengan popor senjata di dekat mata saya tiga kali dan setelah itu, saya menjadi tidak sadarkan diri. Saya tidak tahu apa yang terjadi kemudian… Kemudian, mereka menyemprotkan air dari botol ke saya, dan saya sadar kembali,” ungkapnya lagi.
Sejumlah tenaga medis yang menanganinya mengatakan bahwa korban dalam keadaan trauma pasca dianiaya dan diperkosa banyak pria. Sehingga dia tidak ingat apa yang terjadi padanya.
Selain 2 korban wanita yang diarak telanajng dan diperkosa massal seperti dalam video, ada juga 2 wanita lain yang menjadi korban di Manipur. Mereka diculik, diperkosa ramai-ramai dan dibunuh di tempat kerja mereka pada 5 Mei.
Lebih dari 150 orang telah kehilangan nyawa dan beberapa terluka sejak kekerasan etnis pecah di Manipur pada tanggal 3 Mei, ketika ‘Tribal Solidarity March’ diselenggarakan di distrik perbukitan untuk memprotes tuntutan komunitas Meitei untuk status Scheduled Tribe (ST).
Suku Meiteis berjumlah sekitar 53 persen dari populasi Manipur dan sebagian besar tinggal di Lembah Imphal, sementara suku, termasuk Naga dan Kukis, merupakan 40 persen dan sebagian besar tinggal di distrik perbukitan. (hanoum/arrahmah.id)
Bersyukurlah Indonesia mayoritas penduduknya Muslim… Liat di India, Myanmar.. Ketika mereka menjadi mayoritas. Prilaku mereka spt hewan.