SANAA (Arrahmah.com) – Setidaknya 45 pemberontak Houtsi dilaporkan tewas dalam pertempuran sengit dalam 48 jam terakhir di dekat pusat kota Marib ketika Houtsi terus maju dengan serangan berdarah mereka, seperti dituturkan oleh seorang pejabat militer kepada Arab News, Jumat (23/4/2021).
Houtsi yang didukung Iran pada Februari melanjutkan serangan besar-besaran untuk menguasai kota kaya gas Marib, benteng terakhir pemerintah Yaman di bagian utara negara itu.
“Pertempuran tidak berhenti selama 24 jam di semua lini,” kata Kolonel Yahiya Al-Hatemi, direktur media militer Angkatan Darat Yaman, menambahkan bahwa beberapa warga Libanon dan Irak juga tewas di Marib saat bertempur bersama Houtsi.
Koalisi Arab melakukan lebih dari 18 serangan mendadak untuk mendukung tentara Yaman dan suku sekutunya, menghancurkan empat kendaraan militer Houtsi dan beberapa pejuang.
Al-Hatemi mengatakan bahwa pasukan pemerintah maju di front Murad, sebelah barat kota Marib, setelah menguasai wilayah baru dan memutus rute pasokan utama Houtsi.
Di Al-Kasara, medan perang yang paling tidak stabil, pertempuran sengit terjadi ketika Houtsi mengirim bala bantuan militer baru untuk menghancurkan pertahanan loyalis.
Houtsi gagal mendapatkan keuntungan di lapangan dan mundur setelah menderita banyak korban, termasuk seorang komandan militer lapangan, kata pejabat Yaman itu.
Menurut perkiraan pemerintah, lebih dari 2.000 Houtsi, termasuk banyak komandan militer, telah tewas selama beberapa bulan terakhir di provinsi Marib dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah atau dalam serangan udara koalisi Arab.
Lebih dari 1.800 tentara dan suku, termasuk beberapa komandan brigade militer dan pemimpin suku, juga tewas sejak awal serangan Houtsi, menurut angka pemerintah.
Al-Hatemi mengatakan bahwa setidaknya 60 persen dari pasukan dan peralatan militer Houtsi yang dikerahkan selama serangan berlanjut telah dihancurkan dan tubuh puluhan Houtsi masih berserakan di medan perang.
“Pasukan dan peralatan mereka dihancurkan. Mereka tidak bisa maju seinci pun,” kata Al-Hatemi.
Pertempuran berdarah itu telah membuat lebih dari 24.000 orang mengungsi sejak Februari karena beberapa kamp pengungsian dikosongkan karena penembakan Houtsi, menurut badan manajemen IDP pemerintah.
Konflik saat ini di Yaman, yang telah menewaskan lebih dari 100.000 orang menurut PBB, dimulai pada akhir 2014 ketika Houtsi merebut kekuasaan, menempatkan presiden Yaman dalam tahanan rumah dan kemudian meluas ke seluruh negeri. (Althaf/arrahmah.com)