SIDOARJO (Arrahmah.id) – Dua jemaah meninggal dunia saat mengikuti Puncak Hari Lahir (Harlah) Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar di GOR Delta Sidoarjo pada Selasa (7/2/2023).
Panitia menyebutkan bahwa acara Puncak Harlah 1 Abad NU yang digelar selama 24 jam non stop tersebut dihadiri jutaan orang.
“Selama 24 jam banyak hal-hal yang terjadi di luar nalar kemampuan kami sebagai panitia,” kata Wakil Ketua Resepsi Harlah satu abad NU, Rahmat Hidayat Pulungan, di Sidoarjo, pada Rabu (8/2).
“Jangankan kami masyarakat, negara saja enggak punya pengalaman membuat acara 24 jam yang melibatkan jutaan orang. Jadi sepanjang negara ini berdiri, enggak pernah negara bikin event yang 24 jam non stop kemudian melibatkan basis jutaan massa,” lanjutnya.
Jemaah pertama yang meninggal dunia adalah Imam Suhrowardi (22), seorang IPNU asal Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang.
“Yang meninggal anak IPNU itu kalau enggak salah dari Jombang. Anak ini dari kecil memang memiliki riwayat jantung. Dan memang ayahnya sudah melarang untuk tidak datang kesini karena banyak orang,” ucapnya.
Namun meski dilarang, Ardi tetap berangkat ke lokasi. Di tengah acara, dia kemudian pulang dan singgah di rumah kerabatnya yang berada di Tanggulangin, Sidoarjo.
“Anak itu tetap berangkat datang ke lokasi, kemudian pulang mampir ke rumah pamannya kalau enggak salah. Kemudian dia, shalat dzuhur di musala dekat Tanggulangin dan meninggal,” katanya.
Jemaah kedua yang meninggal adalah seorang pria berusia 63 tahun asal Sidoarjo. Almarhum diketahui juga memiliki riwayat penyakit jengka panjang dan meninggal saat shalat di masjid. Namun, Rahmat enggan untuk mengungkap identitasnya.
“Kemudian yang kedua, ada bapak-bapak umur 63 tahun orang Sidoarjo. Itu juga sama punya masalah sakit jangka panjang. Tapi dia memaksakan datang karena ambil berkahnya. Dia datang, kecapekan, dia pulang, kemudian dia shalat di masjid dan meninggal,” pungkasnya. (rafa/arrahmah.id)