SINAI (Arrahmah.com) – Media Zionis, The Jerusalem Post merujuk pada stasiun satelit al-Hayat melaporkan bahwa kepala pasukan keamanan Mesir mengatakan mengenai kedatangan 400 Mujahid Al Qaeda di Semenanjung Sinai, yang dicari oleh militer Mesir.
Penduduk Palestina, Badui lokal dan orang-orang dari negara Arab lainnya termasuk di antara Mujahidin, ujar pernyataan layanan keamanan Mesir.
Namun, gubernur Sinai, abdel Wahab Mabrouk menolak tuduhan ini, mengatakan bahwa kehadiran Al Qaeda di wilayah tersebut tidak mungkin terjadi karena “kontrol ketat” di sana.
Perlu diingat bahwa sebelumnya pada Senin (30/5/2011), pemimpin rezim Zionis, Benjamin Netanyahu mengatakan tentang ketidakmampuan Mesir untuk “memecahkan masalah keamanan” di Semenanjung Sinai.
“Mesir telah mengalami kesulitan melaksanakan kedaulatannya atas Sinai,” ujarnya pada pertemuan komite Parlemen Yahudi pada urusan Luar Negeri dan Pertahanan.
“Kami melihat ini dalam dua ledakan pipa gas yang terjadi di sana,” lanjut Netanyahu. “Apa yang yang terjadi di Sinai adalah bahwa organisasi ‘teroris’ global campur tangan di sana dan kehadiran mereka meningkat karena adanya hubungan antara Sinai dengan Gaza,” tambah biang keladi Zio.
Perlu dicatat bahwa di Jalur Gaza yang kini masih berada di bawah kontrol Hamas, jumlah penganut ide-ide Islam murni dan Jihad terus meningkat.
Peristiwa berdarah terjadi di sana pada Musim Panas 2009. Pemimpin gerakan Islam, Ansar Jund Allah, Abdul Latif Musa, mulai memanggil ummat Islam untuk bersatu dan membangun kembali pemerintahan Islam di Palestina. Seruannya mulai mengilhami pemikiran ummat Muslim di Palestina.
Hamas sangat mencegah ini. Puncaknya adalah serangan Hamas terhadap masjid Syeikh Ibn Taymiyyah di mana anggota Jund Ansar Allah tinggal. Pembunuhan dilakukan oleh Hamas dalam merespon seruan untuk menegakkan syariat Islam di Jalur Gaza, berakhir dengan syahidnya (Insha Allah) amir Abdul Latif dan puluhan Muslim lainnya.
Sementara itu, surat kabar The Globe dan Mail mencatat bahwa dalam beberapa kali jumlah penganut Jihad berkembang pesat di Afrika Utara dan Timur Tengah termasuk Palestina.
The Globe dan Mail menulis bahwa Salafi Palestina percaya Hamas menyimpang dari jalan yang benar untuk mengadopsi otoritas sekuler Palestina.
Hamas tidak berusaha untuk memperkenalkan hukum syariah di Jalur Gaza dan mengurangi oposisi bersenjata untuk wilayah pesisir ilegal yang diduduki Israel. Hamas berpartisipasi dalam pemilihan parlemen thagut.
Saat ini semakin banyak Muslim berpartisipasi dalam jajaran gerakan Jund Ansar Allah. Dan termasuk mantan anggota Hamas, jumlahnya meningkat signifikan.
“Ini adalah bahaya nyata,” ujar juru bicara untuk kepolisian Hamas. “Mereka dalam sayap militer Hamas adalah loyalis Salafi-Jihadi.” (haninmazaya/arrahmah.com)