KONGO (Arrahmah.com) – Hingga 400.000 anak berisiko mati kelaparan di Republik Demokratik Kongo kecuali jika upaya bantuan kemanusiaan ditingkatkan, menurut laporan badang anak-anak PBB.
Pertempuran antara pasukan pemerintah dan milisi regional di provinsi Kasai, Kongo, telah menciptakan badai kemiskinan, dan konflik yang sempurna bagi anak-anak yang paling rentan, ujar PBB dalam laporannya pada Jum’at (11/5/2018) seperti dilansir Al Jazeera.
Mereka menyerukan tindakan segera untuk menghentikan kekerasan terhadap anak-anak, memastikan akses ke layanan penting untuk semua anak di bawah umur, dan memberikan dukungan untuk bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan.
Menurut PBB, 1,3 juta orang di Kasai dipaksa keluar dari rumah mereka setelah pertempuran pecah di wilayah itu atas sengketa kekuasaan antara pemimpin lokal dan pejabat pemerintah pada Agustus 2016.
UNICEF memperkirakan bahwa sebagai akibat dari pengungsian, yang menyaksikan ribuan keluarga mengungsi ke pedesaan tanpa persediaan makanan atau air yang memadai, ratusan ribu orang kini menghadapi kekurangan gizi akut yang parah.
“Kabar baik di Kasai adalah bahwa kekerasan telah menurun, tetapi apa yang kami lihat di sana adalah keluarga kembali dnegan sangat lelah bersama anak-anak, dan mereka kembali dalam kondisi yang mengerikan,” ujar juru bicara UNICEF, Christophe Boulierac, mengatakan kepada Al Jazeera.
“Diperkirakan 770.000 anak menderita kekurangan gizi akut, 400.000 di antaranya menderita kekurangan gizi akut parah dan berada di ambang kematian.”
Kongo, salah satu negara termiskin di dunia, telah dilanda konflik serta bentrokan antara pejuang anti-pemerintah dan pasukan yang setia kepada Presiden Joseph Kabila dalam beberapa tahun terakhir.
Sejak Desember, setidaknya 70.000 orang telah melarikan diri dari pertempuran di wilayah timur negara itu ke kamp-kamp pengungsi di negara tetangga, Uganda.
Sementara itu, Kinshasa, ibu kota, telah diguncang oleh protes mematikan yang menuntut Kabila meninggalkan kekuasaan. (haninmazaya/arrahmah.com)