PALU (Arrahmah.com) – Sebanyak 40.000 jiwa korban gempa bumi dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) masih bertahan di tenda-tenda pengungsi yang tersebar di seluruh wilayah ibu kota provinsi itu.
Anggota DPRD Kota Palu, Yopie Kekung menghimbau kepada warga Palu terdampat bencana alama yang belum terdata rumahnya yang rusak untuk proaktif melapor ke kelurahan setempat atau langsung ke dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat (PUPR). Demikian juga dengan keluarga korban meninggal atau hilang.
“40.000 orang masih mengungsi di tenda. Silahkan laporkan siapa tahu datanya belum masuk,” ujar Yopie, seperti dilaporkan Antara, Senin (11/2/2019).
Ia menjelaskan, masih ada kesempatan bagi warga yang merasa bangunan rumahnya rusak, tetapi belum terdata di kelurahan dan PUPR. Karena pengungsi menjadi perhatian dan prioritas penanganan dari pemerintah setempat.
Selain memperhatikan kebutuhan pangan, pendidikan dan kesehatan, pemerintah setempat fokus pada penyelesaian data, baik kerusakan bangunan, korban jiwa maupun hilang.
Semua korban, termasuk yang rumahnya rusak ringan sekalipun dipastikan mendapatkan bantuan dana dari pemerintah.
Begitu pula halnya dengan ahli waris korban yang meninggal dan hilang akibat bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi.
Bencana alam yang terjadi di Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong disebut sebagai gempabumi terdahsyat selama ini di Provinsi Sulteng dengan menewaskan ribuan jiwa dan memporak-porandakan bangunan rumah, perkantoran, infrastruktur jaringan listrik, irigasi, jalan, jembatan, telekomunikasi, rumah ibadah dan sempat melumpuhkan perekonomian di wilayah-wilayah terdampak.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), akibat gempa 7,4 SR yang melanda Palu, Sigi dan Donggala, korban jiwa mencapai 2.113 orang, 1.309 orang hilang, 4.612 luka-luka, dan 223.751 orang mengungsi di 122 titik.
(ameera/arrahmah.com)