MOSUL (Arrahmah.com) – Hampir empat tahun setelah pembumihangusan kota Mosul oleh koalisi internasioanl pimpinan Amerika Serikat (AS), ratusan jenazah masih terkubur di bawah reruntuhan kota tua Mosul.
Masih banyak tulang, tengkorak, dan pakaian yang dengan mudah dapat dilihat di bawah bangunan runtuh yang belum dibersihkan atau diperbaiki.
“Bau mereka membunuh kami,” kata Amjad Mohammed, pekerja konstruksi, kepada Rudaw (3/4/2021). “Kami tidak bisa pulang karena baunya.”
Menurut departemen pertahanan sipil provinsi Nineveh, sebagian besar mayat yang ditemukan berada di lingkungan al Shahwan, al Maidan, al Faruq, Bab Lagash, dan Qle’at.
“Serangan udara koalisi dilakukan secara acak. Karena di sana rumah-rumah sudah tua, maka ketika sebuah roket menghantam sebuah bangunan, tiga rumah lainnya ikut ambruk,” kata Jasim Mahmood, seorang warga lingkungan Bab Lagash. “Ada bau yang menyengat di lingkungan Qle’at dan al Maidan, terutama saat ada perubahan arah angin.”
Pihak berwenang Nineveh telah membentuk komite khusus untuk memindahkan mayat tersebut sejak 2017 lalu. Sejauh ini, mereka telah menemukan lebih dari 4.000 mayat, di mana lebih dari 2.000 di antaranya diyakini sebagai militan Islamic State (ISIS) dan keluarganya.
“Dua hingga tiga kerangka muncul di bawah reruntuhan setiap hari,” kata Mustafa Mawlud, seorang petugas kebersihan yang bekerja di daerah tersebut.
Hampir 8.000 bangunan hancur di provinsi Nineveh selama operasi koalisi internasional memberangus militan, menurut walikota Mosul. Dari jumlah tersebut, 2.600 berada di Mosul dan masih tersisa reruntuhan.
“Sejauh ini, 2.763 mayat warga sipil telah ditemukan. Mereka dibunuh oleh serangan udara. 2.150 mayat adalah militan ISIS dan keluarganya. Beberapa dari mereka memiliki kartu identitas warga asing. Mereka bukan hanya orang Irak,” kata Zuhair al Araji, walikota kota itu. (hanoum/arrahmah.com)