SINAI (Arrahmah.com) – Pasukan tentara dan polisi junta Mesir membunuh empat anggota kelompok perlawanan dan menghancurkan delapan terowongan yang menuju ke Jalur Gaza dalam serangan di Semenanjung Sinai pada Sabtu (5/4/2014), menurut beberapa sumber keamanan setempat, seperti dilansir Ma’an.
Pasukan junta Mesir dilaporkan menyerbu sejumlah daerah di mana kelompok perlawanan yang berbasis di desa Al-Salam, desa Al-Kasyf, wilayah Al-Muhajir di El-Arish, wilayah Abu Tuweila dan Al-Joura di Sheikh Al-Muhajir Zuqeid, dan wilayah Jouz abu Raed di Rafah.
Delapan terowongan yang mengarah ke Jalur Gaza juga dihancurkan selama serangan brutal itu, kata beberapa sumber keamanan. Terowongan-terowongan tersebut digunakan untuk menyalurkan barang ke wilayah Palestina yang terkepung, yang telah berada di bawah blokade penjajah “Israel” – Mesir selama hampir tujuh tahu .
Sumber menambahkan bahwa 36 anggota kelompok bersenjata ditahan selama serangan tersebut, termasuk Tawfiq Abu Mlih, yang mereka klaim sebagai pemimpin dalam organisasi Anshar Baitil Maqdis yang telah mengaku bertanggung jawab atas sejumlah serangan dengan sasaran pasukan keamanan junta Mesir dalam beberapa bulan terakhir.
Sumber tersebut mengatakan bahwa pasukan keamanan juga menjinakkan bahan peledak dan menyita sejumlah senjata, mobil, dan sepeda motor selama serangan tersebut.
Angkatan bersenjata junta Mesir meluncurkan aksi militer skala besar terhadap pejuang Islam di Semenanjung Sinai pada awal September, dalam apa yang para pejabat klaim sebagai mobilisasi pasukan terbesar di daerah itu sejak perang 1973 dengan “Israel”.
Aksi militer terjadi di tengah meningkatnya ketidakstabilan dan serangan yang terjadi hampir setiap hari di wilayah tersebut, menyusul kudeta terhadap Presiden Muhammad Mursi pada Juli tahun lalu oleh militer Mesir.
Sejak itu, para aktivis Ikhwanul Muslimin telah mengadakan demonstrasi mingguan sebagai bentuk protes mereka terhadap kudeta, sementara tentara junta malah mengkonsolidasikan cengkeramannya pada kekuasaan dan dengan kekerasan menentang aksi protes dengan kekuasaannya, hingga membunuh sekitar 1.400 jiwa menurut Amnesti Internasional. (banan/arrahmah.com)