BANDUNG (Arrahmah.com) – Alhamdulillah, pembukaan even akademis 3rd International Islamic Philanthropy Seminar dapat terselenggara dengan lancar di Kota Bandung, Selasa (3/3/2015). Even betemakan filantropi Islam atau kedermawanan Islam itu disambut antusias oleh pihak Kementrian Agama, Walikota Bandung, Dekan University of Technology MARA (UiTM) Malaysia, Rektor UIN Sunan Gunung Djati, dan dibuka oleh Direktur Indonesia Magnificent of Zakat (IMZ).
Dalam pidato sambutannya, perwakilan Direktur Pemberdayaan Zakat Kementerian Agama RI, Drs. H. Jaja Jaelani M.M. mengungkapkan bahwa energi kebersamaan pemerintah dan lembaga pengelola zakat, infaq dan shadaqah (ziswaf) yang disalurkan dalam bentuk program pemberdayaan dapat menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Ia juga berpesan kepada para peserta untuk, “…kesampingkan kepentingan organisasi,” sebagaimana diliput tim Arrahmah.com.
Misalnya, sebagai salah satu lembaga penggiat ziswaf, IMZ, secara intelektual dapat berperan sebagai fasilitator praktisi ziswaf dan akademisi internasional untuk mengkaji perbaikan sistem kelembagaan ziswaf, penataan organisasinya, dan meningkatkan kerjasama antar lembaga berbasis riset. Dengan memahami model-model pemberdayaan zakat berbasis riset, insyaa Allah kita dapat mengoptimalkan daya guna potensi ziswaf Muslimin Indonesia, yang tercatat sebesar 217 triliun, dan baru terpungut dan digunakan 2,8 triliun saja. Selain itu, dengan memantapkan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) BAZNAS serta undang-undangnya, masyarakat dan lembaga ziswaf tinggal mengimplementasikan program pemberdayaan potensi ziswaf untuk penanggulan kemiskinan.
Hal tersebut disetujui oleh Prof. Dr. Muh. Najib, M.A. -sebagai perwakilan rektor UIN SGD- yang mengatakan bahwa lembaga pengelola zakat harus mengesampingkan cara pandang bagaimana konsep ziswaf diamalkan. Ia berharap agar lembaga-lembaga pengelola ziswaf berperan sebagai empowers (pemberdaya Ummat), sebagaimana yang dicontohkan Universitas Al-Azhar yang tumbuh dan berkembang memberdayakan Ummat Islam sedunia melalui optimalisasi penggunaan dana zis dan tanah wakaf.
Bandung, aku datang
Demikian ungkap Prof. Dr. H. Muhammad Rahimi Osman, Dekan Univesitas of Technology MARA Malaysia (UiTM) yang mencairkan suasana 3rd IIP di Hotel Golden Flower, Jl. Asia Afrika Bandung, Selasa (3/2).
Dalam sambutannya, Prof. Rahimi memaparkan peran UiTM sebagai kampus yang memiliki peran sebagai pengelola ziswaf tersertifikasi Kerajaan di berbagai wilayah di Malaysia. UiTM dapat mengelola potensi ziswaf internal kampus untuk didistribusikan kepada para mahasiswa dan stafnya, hingga lebih dari 21 milyar pertahun. Khusus untuk zakat, didistribusikan kepada para mahasiswa yang tergolong ke dalam 5 asnaf.
“Kemiskinan tidak boleh menghambat pelajar untuk beroleh pendidikan,” tegasnya. Maka dari itu, UiTM berkomitmen untuk menjadi lembaga pengelola ziswaf (amilim) yang memberi kebermanfaatan kepada semua pihak. UiTM memfasilitasi muzaki untuk beramal sholeh secara profesional dengan sistem pelayanan yang berstandar ISO 9000:2001, juga membantu para mahasiswa, khususnya penduduk suku asli untuk meningkat kesejahteraanya melalui berbagai program pemberdayaan.
Wilujeng sumping
Menyambut 3rd IIP, Walikota Bandung Ridwan Kamil, yang diwakili Bapak Drs. Tatang, M.M. dari Bagian Kesejahteraan Rakyat mengucapkan “wilujeng sumping (selamat datang dalam bahasa sunda)” kepada para peserta dari Malaysia, Brunei Darussalam dan Afrika Selatan.
Dengan jargon Bandung unggul, pemerintah kota Bandung mendukung semua upaya demi kemajuan di berbagai bidang, termasuk mental dan spiritual. Maka 3rd IIP, diharapkan dapat memberikan maslahat kepada Ummat, khususnya warga Bandung, melalui optimalisasi potensi ziswafnya.
Tercatat pada tahun 2014, di kota Bandung terhimpun dana zakat infaq shadaqah (zis) sebesar 64 milyar rupiah untuk didistribusikan kepada 65.574 mustahiq. Dari 1875.050 muzaki, terhimpun dana zakat fitrah sebesar 37 milyar, 498 juta zakat maal, dan shadaqah 138 juta rupiah dan dana zis sebesar 16 milyar dari lembaga zakat yang ada se-kota Bandung.
Semoga dengan keunggulan potensi ziswaf si atas, Bandung dapat menjadi kota juara yang unggul, lebih baik di masa depan. “Insyaa Allah masyarakatnya santun, baik, fii dunya hasanah, wa fiil akhirati hasanah, waqina adzaabannaar,” ujar Pak Tatang.
Selain itu, mengutip majalah TIME, Bandung digolongkan sebagai kota teraman di dunia. Dengan demikian, Pak Tatang menyambut gembira para delegasi di kota yang aman, nyaman ini agar “rindu untuk kembali ke kota Bandung dan jangan lupa untuk berbelanja di Pasar Baru.”
Berkenaan hal tersebut, Direktur Indonesia Magnificent of Zakat (IMZ), saat membuka seminar International Islamic Philanthropy (IIP) Kushardanta Susilabudi juga mengendorse para peserta untuk berbelanja di Bandung sebagai upaya menjaga pengguliran rejeki di masyarakat (menjaga rizqi sustainability, -red).
Filantropi Islam
Terkait pembahasan filantropi (kedermawanan) Islam seperti Zakat Infak Sedekah dan Wakaf (ziswaf), tentu tak selesai dalam 1-2 hari saja. Penerapan model filantropi Islam di berbagai negara memiliki kekhasan masing-masing. Hal ini tak lepas dari kultur masyarakat maupun sistem pemerintahannya, sebagaimana dilaporkan AlHikmah, Selasa (3/2).
“Karena itu, dibutuhkan pemaparan dan diskusi untuk memperkaya pandangan dalam penghimpunan hingga pengelolaan dana ummat ini,” ujar Kushardanta.
Kushardanta juga mengatakan bahwa seminar ini menjadi ajang mendulang pahala silaturahim dan menimba ilmu di antara para pegiat ziswaf Asia Tenggara, yang diselenggarakan tidak sekadar untuk benchmarking tetapi juga meningkatkan sinergitas pengelolaan sumber daya Ummat. Rangkaian kerjasama ini, katanya, merupakan cerminan kesadaran untuk lebih dapat mengoptimalisasi pemanfaatan ziswaf dalam peran pengentasan kemiskinan di Asia Tenggara secara lintas negara, bahkan lintas benua hingga Afrika.
Dalam event ini, IMZ, bersinergi bersama lembaga filantropi lintas negara, seperti: Dompet Dhuafa, Sinergi Foundation, Institut Kajian Zakat (IKaZ) Malaysia, Baitul Maal Muamalat (BMM), dan beberapa lembaga non profit lainnya. Adapun Fokus pembahasan mencakup 3 hal: pertama, Fiqh, Maqasid Al-Syariah dan Isu ZISWAF Kontemporer; kedua, Tata kelembagaan ZISWAF; dan Inovasi program ZISWAF di Asia Tenggara.
IMZ berharap even ini dapat melahirkan gagasan-gagasan baru dalam mentransformasikan keberkahan filantropi Islam pada kemajuan ummat dunia secara berkesinambungan. Selain pemaparan pembicara tamu dan praktisi, paper yang telah masuk dan direview akan dipublikasikan dalam Jurnal Internasional Nusantara Islam yang bekerjasama dengan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Wallahua’lam bish shawwab. (adibahasan/arrahmah.com)