ALGIER (Arrahmah.com) – Rezim sekuler Aljazair mendapat kritikan pedas dari negara-negara Barat setelah upaya pembebasan para sandera oleh pasukan khusus Aljazair pada Kamis (17/1/2013) berubah menjadi lautan darah, laporan harian Ash-Sharq Al-Awsath. Sebagian besar dari total 41 sandera yang ditahan mujahidin tewas oleh operasi militer tersebut.
Sumber-sumber media setempat menyebutkan sebanyak 34 warga Barat dan Aljazair yang disandera tewas oleh serangan pasukan khusus Aljazair di kompleks kilang gas kota Ain Amenas, tenggara Aljazair pada Kamis kemarin. Jumlah korban tewas mencapai lebih dari 80 persen total sandera. Sementara itu 15 mujahidin dilaporkan gugur dalam peristiwa tersebut.
Militer Aljazair sendiri mengklaim berhasil membebaskan 600 warga Aljazair dan 4 warga asing yang disandera oleh mujahidin.
Dalam sebuah pernyataan di radio nasional, menteri komunikasi Aljazair, Mohand Saïd Oublaïd, mengatakan bahwa banyak dari para sandera telah dibebaskan, tapi ia memperingatkan bahwa serangan militer itu belum selesai dan bahwa beberapa tawanan tetap terjebak di dalam fasilitas berpindah-pindah di gurun Aljazair.
“Sayangnya, kami menyesalkan juga kematian dari beberapa sandera dan beberapa lainya yang terluka. Kami tidak memiliki data tentang jumlah keseluruhan korban. “
Oublaïd juga mengatakan “operasi sedang berlangsung, mengingat rumitnya kompleks (kilang gas), untuk membebaskan sisa sandera dan mereka yang terjebak di dalam.”
Sekretaris Pers Gedung Putih Jay Carney mengatakan, pemerintahan Obama “mencari kejelasan dari pemerintah Aljazair.”
Dari London, Perdana Mentri David Cameron menyesalkan tindakan pemerintah Aljazair yang tidak memberikan informasi terlebih dahulu kepada pemerintah Inggris tentang rencana pembebasan para sandera lewat kekerasan militer tersebut.
Jean-Christophe Gray, juru bicara Cameron, mengatakan Inggris tidak diberitahu terlebih dahulu dari serangan itu.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memprotes serangan militer sebagai tindakan yang “mengancam kehidupan para sandera,” menurut seorang juru bicara.
Fasilitas kilang gas yang menjadi lokasi penculikan dan penyanderaan adalah kilang terbesar keempat pengembangan gas di Aljazair, produsen minyak utama dan anggota OPEC. Kilang pengolahan kompresi gas Ain Amenas dioperasikan oleh British Petroleum dari Inggris, perusahaan minyak Norwegia Statoil dan perusahaan minyak nasional Aljazair Sonatrach.
Mujahidin Brigade Al-Muwaqqi’un bid Dima’ atau Brigade “orang-orang yang menanda tangani dengan darah” yang dibentuk dan dikomandani oleh Mukhtar Bal Mukhtar alias Khalid Abu Abbas pada Rabu (16/1/2013) menyatakan telah menyandera 41 warga Barat. Di antaranya adalah 7 warga Amerika, Perancis, Inggris, Norwegia dan Jepang.
Sejumlah warga Aljazair yang berhasil melarikan diri dari kompleks kilang gas Ain Amenas melaporkan sejumlah helikopter pasukan khusus militer Aljazair membombardir posisi mujahidin dan para sandera secara brutal sehingga menewaskan 34 sandera. (muhib almajdi/arrahmah.com)